Mohon tunggu...
Ridwan Muttahid
Ridwan Muttahid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

digital marketing enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Minimnya Integrasi Pendidikan dan Metode Pengajaran Yang Kurang Efektif Dalam Kehidupan Sehari-Hari

24 Desember 2024   20:07 Diperbarui: 24 Desember 2024   20:07 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
    Sumber Ilustrasi : Chat gpt.ai

  Ridwan Muttahid, Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., M.H.

            Pengajaran dalam pendidikan menjadi ujung tombak dalam kegiatan belajar mengajar karena hal tersebutlah yang bisa memengaruhi seorang anak mampu dalam menyerap dan mengimplementasikan nilai-nilai pembelajaran yang ada di sekolah ke kehidupannya sehari-hari. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa efektifkah kegiatan belajar dan mengajar ini dilakukan disekolah? Mari kita refleksikan sejenak terkait masalah ini mulai dari postingan Sosial Media yang pernah viral di akun @julaehaju yaitu anak SMA yang tidak bisa menghitung angka pembagian dan minimnya literasi masyarakat dalam menyerap suatu informasi. Menurut Kalla institute (2024) bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah dalam hal literasi dunia, dengan hanya 0,001% masyarakat yang rajin membaca. Selain itu, survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang aktif membaca buku. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat literasi termasuk aksesibilitas, kualitas pendidikan, penggunaan teknologi digital, dan budaya membaca yang kurang mendukung. Hal inilah yang patut kita pertanyakan bagaimana para murid di sekolah bisa menjadi seperti itu? Apakah metode pengajaran kita sudah baik?

              Mari kita lihat dari dua sudut pandang mulai dari murid terkadang mereka merasa jenuh karena metode pengajaran yang cenderung monoton terlalu banyak hafalan dan teori sehingga kurang pemahaman dan praktik hal itulah yang membuat seorang murid itu hanya menjadi seorang yang terlatih bukan terdidik. Hidayah (2022) menyatakan salah satu faktor rendahnya minat belajar siswa adalah metode pengajaran yang cenderung membosankan dan tidak menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan zaman. Ditambah terkadang penyelenggaraan kelas yang dilakukan secara daring sehingga atensi dalam memahami materi berkurang Menurut Putria, Maula, dan Uswatun (2020) antusiasme siswa terhadap pembelajaran daring cenderung menurun karena minimnya interaksi sosial dengan teman sebaya dan guru, serta masalah teknis seperti gangguan koneksi internet. Lalu dari sudut pandang guru terdapat banyak sekali tantangan untuk mengajar mulai dari faktor internal maupun eksternal seperti sarana dan prasarana yang tidak memadai, kesejahteraan guru yang rendah dan murid yang bermalas-malasan ataupun prilaku yang menyimpang. Sebenarnya murid yang mempunyai prilaku menyimpang bukan sepenuhnya karena kesalahan pendidikan disekolah namun bisa jadi kesalahan mendidik di lingkungan rumah atau keluarga "Perilaku menyimpang pada remaja terjadi karena penyimpangan dari aturan sosial. Faktor keluarga, terutama kurangnya pendidikan dan perhatian dari orang tua, menjadi salah satu penyebab utama perilaku tersebut." (Widayati, Aisah, Alamha, Nurzahara, & Widowati, 2020).

              Dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan, terlihat bahwa efektivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah masih menjadi tantangan yang kompleks. Di satu sisi, murid sering kali menghadapi kejenuhan karena metode pengajaran yang monoton dan kurangnya inovasi, sehingga mereka lebih cenderung menjadi individu yang terlatih, bukan terdidik secara holistik. Di sisi lain, guru juga menghadapi berbagai hambatan, baik internal seperti keterbatasan sarana dan kesejahteraan, maupun eksternal seperti perilaku murid yang menyimpang. Namun, permasalahan ini tidak sepenuhnya dapat dibebankan pada sekolah. Faktor keluarga memainkan peran yang signifikan dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Minimnya perhatian dan pendidikan dari orang tua sering kali menjadi akar dari perilaku menyimpang pada remaja. Oleh karena itu, untuk menciptakan pendidikan yang efektif, diperlukan sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, relevan dengan kebutuhan zaman, serta mampu menanamkan nilai-nilai moral yang kuat pada peserta didik.

             Dengan langkah kolaboratif dan pendekatan yang inovatif, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat, sehingga mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berkarakter dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun