Mohon tunggu...
Ridwan Maulana
Ridwan Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa institut agama islam Latifah mubarokiyah fakultas dakwah prodi ilmu tasawuf semester 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Syariat Menuju Hakikat

8 Januari 2025   09:44 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:18 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tasawuf adalah salah satu cabang dalam ajaran Islam yang berfokus pada pengembangan spiritual dan pendekatan diri kepada Allah. Dalam perjalanan spiritual ini, seorang Muslim diajak untuk tidak hanya memahami Islam melalui syariat atau hukum-hukum lahiriah, tetapi juga mendalami makna batiniah yang mendasari setiap amal ibadah. Inilah yang menjadi dasar perjalanan dari syariat menuju hakikat, sebuah proses penyucian jiwa untuk menggapai kedekatan dengan Allah.  

Syariat merupakan landasan awal dalam agama Islam yang mencakup aturan, hukum, dan tata cara beribadah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah. Syariat mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah (habluminallah) maupun dengan sesama manusia (habluminannas). Namun, syariat bukanlah tujuan akhir. Di balik kepatuhan terhadap syariat, terdapat dimensi yang lebih mendalam, yaitu hakikat, yang merupakan esensi dari pengabdian kepada Allah.  

Hakikat adalah inti dari perjalanan spiritual seorang hamba untuk mencapai kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam tasawuf, hakikat sering digambarkan sebagai cahaya kebenaran yang hanya dapat diraih oleh mereka yang telah melewati proses penyucian jiwa melalui syariat dan tarikat. Proses ini melibatkan pengendalian hawa nafsu, pembiasaan ibadah yang ikhlas, dan dzikir yang terus-menerus. Hakikat tidak dapat dipisahkan dari syariat, karena keduanya saling melengkapi; syariat adalah jalan, sementara hakikat adalah tujuannya.  

Dalam perjalanan dari syariat menuju hakikat, seorang Muslim dituntut untuk tidak hanya melakukan ibadah secara mekanis, tetapi juga mendalami maknanya sehingga ibadah tersebut mampu mendekatkan dirinya kepada Allah. Perjalanan ini bukanlah sesuatu yang instan, melainkan proses panjang yang membutuhkan bimbingan guru, ketekunan, dan kesabaran. Dengan memahami perjalanan ini, seorang hamba akan mampu merasakan kebahagiaan spiritual yang sejati, yaitu perasaan tenang dan ridha karena senantiasa berada dalam naungan kasih sayang Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun