Mohon tunggu...
Ridwan Maulana
Ridwan Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa institut agama islam Latifah mubarokiyah prodi ilmu tasawuf fakultas dakwah smester 5

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pulang ke Desa Asal

28 Oktober 2024   13:30 Diperbarui: 28 Oktober 2024   13:37 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                     Pulang ke Desa Asal

Senja mulai turun ketika Andi memutuskan untuk kembali ke desa asalnya setelah bertahun-tahun meninggalkannya demi pekerjaan di kota besar. Hati Andi terasa berdesir saat bus yang ia tumpangi mulai memasuki kawasan desa. Seperti terputar kembali kenangan masa kecilnya; berlari di hamparan sawah yang hijau, bermain layangan dengan teman-teman, dan pulang saat ibu memanggil dari jauh.

Setelah tiba di desa, ia berjalan pelan menapaki jalan setapak yang masih ia ingat dengan jelas. Pohon-pohon tua di sepanjang jalan masih berdiri kokoh, memberikan teduh di tengah hari yang mulai gelap. Andi tak kuasa menahan senyum melihat anak-anak kecil berlarian, wajah-wajah mereka berseri sama seperti dirinya dulu.

Andi sampai di rumah tua keluarganya, yang kini hanya dihuni oleh ibunya yang sudah beranjak tua. Begitu melihat Andi di depan pintu, wajah ibunya langsung berubah, dari terkejut menjadi penuh haru. Mereka berpelukan erat, melepas rindu yang sudah lama terpendam. Tak ada kata yang diucapkan, hanya ada kehangatan yang meresap dalam keheningan.

Di malam itu, Andi duduk bersama ibunya di teras. Angin berembus lembut, membawa aroma tanah dan bunga-bunga yang tumbuh di kebun depan rumah. Ibu bercerita tentang desa yang kini mulai sepi karena banyak pemuda yang merantau, tentang tetangga yang dulu akrab, dan tentang perubahan yang terasa sedikit demi sedikit.

Andi merasakan kehangatan yang berbeda di desa ini. Bukan hanya rumahnya yang membuat ia merasa pulang, tetapi juga lingkungan yang penuh kenangan. Ia menyadari betapa rindunya ia pada kesederhanaan dan ketenangan desa yang selalu menjadi bagian dari hidupnya.

Pagi harinya, Andi pergi ke sawah dan membiarkan kakinya menyentuh tanah lembut. Burung-burung berkicau, dan embun pagi masih menempel di daun-daun padi. Ia menatap hamparan sawah yang luas dan merasakan kedamaian yang tak pernah ia dapatkan di kota.

Setelah beberapa hari di desa, Andi merasa enggan untuk kembali ke kota. Ia tahu, kehidupannya kini ada di sana, tetapi hatinya selalu akan tertambat di desa asalnya. Sebelum pergi, Andi berjanji pada ibunya dan pada dirinya sendiri bahwa ia akan sering pulang ke sini, pulang ke desa yang mengajarkannya arti ketulusan dan cinta yang sederhana.

Dan meski ia pergi lagi, ia tahu bahwa pada akhirnya, ia akan kembali pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun