Pesta adat Mandi-Mandi adalah salah satu tradisi yang masih dijaga dengan baik oleh masyarakat Kampung Tugu di Cilincing, Jakarta Utara. Tradisi ini menjadi bagian penting dari identitas budaya Betawi yang kaya akan nilai sejarah dan seni. Selain upacara adat yang melibatkan prosesi ritual, pesta Mandi-Mandi juga diiringi dengan musik tradisional, salah satunya musik Keroncong Tugu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan tersebut. Pesta ini bukan hanya sekadar seremoni, melainkan juga wujud rasa syukur dan kebersamaan dalam masyarakat.
Pesta adat Mandi-Mandi di Kampung Tugu bermula dari tradisi masyarakat Betawi yang terinspirasi dari upacara syukuran atau selamatan. Pesta ini biasanya dilaksanakan setiap tahun dan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Mandi-Mandi sendiri memiliki makna simbolis, yaitu untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan, serta sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Prosesi Mandi-Mandi diawali dengan pembacaan doa-doa khusus dan acara pembersihan diri dengan air yang telah diberkati. Biasanya, air yang digunakan untuk mandi-mandi ini berasal dari sungai yang dianggap suci, atau air yang disiapkan oleh tetua adat. Mandi-Mandi dilaksanakan dengan harapan agar seluruh warga kampung diberikan berkah dan dijauhkan dari malapetaka.
Salah satu elemen yang memperkaya makna pesta adat Mandi-Mandi adalah musik Keroncong Tugu. Musik Keroncong di Kampung Tugu memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh keroncong di daerah lain. Keroncong Tugu menggunakan alat musik tradisional seperti ukulele, gitar, dan biola yang menciptakan suara yang lembut dan merdu. Pada perayaan Mandi-Mandi, musik keroncong ini dimainkan dengan penuh penghayatan oleh para musisi lokal.
Musik Keroncong Tugu juga memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi budaya Betawi. Lagu-lagu yang dibawakan seringkali menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi dan juga mengandung pesan moral. Dalam suasana pesta, keroncong menjadi pengiring yang menambah khidmat dan meriah acara adat tersebut.
Acara Mandi-Mandi dimulai dengan prosesi adat yang dipimpin oleh tokoh masyarakat atau tetua adat Kampung Tugu. Setelah doa bersama, warga akan melakukan mandi dengan bedak yang telah disiapkan. Bedak ini dipercaya dapat membersihkan tubuh secara fisik dan spiritual. Selama prosesi ini, musik keroncong akan mengiringi, memberi suasana yang penuh kesyukuran dan kebersamaan.
Setelah mandi-mandi, warga akan berkumpul untuk menikmati hidangan makanan dan ada yang unik di meja makan itu, salah satunya makanan khas Kampung Tugu yaitu Gado Gado Siram. Pesta adat ini biasanya berlangsung selama 1 hari, biasanya dilakukan pada awal tahun di minggu pertama. Seluruh warga kampung ikut berpartisipasi, menunjukkan kebersamaan dan kekompakan dalam menjaga adat dan budaya mereka.
Kampung Tugu, dengan berbagai tradisi dan budaya yang dimilikinya, merupakan salah satu contoh keberhasilan masyarakat dalam melestarikan warisan nenek moyang. Meskipun modernisasi dan perkembangan zaman terus berkembang, pesta adat Mandi-Mandi dan musik Keroncong Tugu tetap dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya lokal.
Pesta Mandi-Mandi dan Keroncong Tugu menjadi daya tarik wisata budaya yang semakin dikenal oleh masyarakat luar Jakarta. Beberapa pihak telah mulai mengadakan kegiatan untuk melestarikan tradisi ini agar tetap lestari di tengah tantangan zaman. Masyarakat Kampung Tugu dengan bangga mengenalkan tradisi ini kepada generasi muda agar mereka tidak melupakan akar budaya mereka.
Pesta adat Mandi-Mandi di Kampung Tugu di Cilincing, Jakarta Utara, adalah sebuah tradisi yang mencerminkan kebersamaan dan rasa syukur masyarakat Kampung Tugu. Dengan diiringi oleh musik Keroncong Tugu yang khas, acara ini tidak hanya menjadi ritual keagamaan dan sosial, tetapi juga sebuah bentuk pelestarian budaya yang patut dipertahankan. Kampung Tugu dan musik Keroncong nya memberikan warna tersendiri dalam keragaman budaya Indonesia yang kaya dan penuh makna.