Di tengah desau angin tak pernah benar-benar diam
Tanah Madura berbisik tanpa kata
Bukan darah yang mengalir
Namun jejak kaki yang tak terlupakan.
Tepi lautnya menyimpan misteri,
Bukan dalam amarah retak
Tapi dalam pasir yang menyatu dengan waktu,
Menulis cerita tanpa suara,
Hanya gelombang yang paham.
Ada yang berkata,
"Ketegangan itu darahmu,"
Tapi angin malam yang merembes
Bilang lain pada bibirmu,
Bahwa di sini, kisah lebih jauh
Dari sekadar keteguhan yang terluka.
Mereka datang membawa api
Kini pulang dengan air
Menghapus bayang-bayang
Yang dulu seakan hidup dalam hutan.
Langit Madura bukan sekadar biru
Ia  cermin bagi jiwa yang tak pernah tercatat
Menghentikan waktu yang terhenti antara ujung-ujung kata
Menyulam damai benang yang tak tampak.
Dan di sini, dalam senyap yang lama
Kau menemukan pulau-pulau yang tenggelam
Bukan kehendak marah
Tapi sunyi yang memeluk lembut
Tiap jejak yang telah lama terlupakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI