Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Indonesia Sulit Menjadi Negara Maju?

26 Februari 2016   13:23 Diperbarui: 26 Februari 2016   13:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap orang ketika mendapatkan pertanyaan seperti di atas tentunya mempunyai jawaban-jawaban yang berbeda. Bisa juga ada yang menolak pertanyaan di atas, karena dianggapnya itu adalah pertanyaan orang pesimis. Tujuan saya membuat judul dengan bentuk pertanyaan di atas adalah untuk merenungkan kembali apa yang telah terjadi di Indonesia, supaya  kita semua bisa memperbaiki keadaan, sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju.

Jawaban saya untuk pertanyaan seperti pada judul di atas, Insha Allah benar, walaupun bisa jadi ada jawaban lain yang juga benar. Jawaban yang saya buat diharapkan mepunyai efek pada perbaikan bangsa, dan bisa dilakukan oleh masing-masing individu tanpa menunggu perbaikan sistem pemerintahan atau pergantian kepemimpinan yang ada di Indonesia.

Definisi orang cerdas dan definisi orang yang tidak cerdas

Definisi orang cerdas yang akan saya sampaikan sangat mungkin berbeda dengankebanyakan orang. Saya mencoba memberikan definisi orang cerdas berdasarkan Hadist Nabi  Muhammad SAW. Sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah bin Umar pernah bertanya kepada Rasullullah. ‘‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya diantara mereka”. Lalu bertanya lagi, ‘‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’’. Beliau menjawab:“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”(HR. Ibnu Majah).

Secara umum kita semua sepakat kalau orang berpikir jauh ke depan adalah orang-orang yang cerdas. Orang-orang yang mengingat kematian dan mempersiapkannya adalah orang-orang yang berpikir jauh ke depan, bahkan sangat jauh, sehingga orang-orang tersebut layak disebut orang-orang cerdas. Orang-orang cerdas menurut hadist Rasulullah ini pasti akan menganggap dunia ini hanya kehidupan sesaat sehingga apa yang dilakukannya adalah untuk menyiapkan kehidupan yang kekal.

Efeknya orang-orang cerdas ini tidak akan mengejar harta, pangkat, jabatan dan kesenangan dunia lainnya, karena orang-orang cerdas ini tahukesenangan dunia adalah kesenangan yang menipu. Orang-orang cerdas ini pun akan menghindari berbagai perbuatan jahat karena hal tersebut akan mengurangi bekal untuk kehidupan setelah kematian. Orang-orang cerdas ini akan banyak berbuat baik, sehingga keberadaannya didunia akan memberikan manfaat bagi banyak orang.

Sebaliknya, maka makna orang yang tidak cerdas bisa kita peroleh dari pernyataan yang setara secara hukum silogisme dari hadist Nabi Muhammad SAW tentang orang cerdas tersebut. Jadi, saya memaknai bahwa “orang yang tidak cerdas adalah orang yang tidak ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelah kematian”. 

Bisa dikatakan pula orang yang tidak ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelah kematian adalah orang-orang yang cinta dunia. kalimat singkatnya adalah “orang yang tidak cerdas adalah orang yang cinta dunia”. Ciri-ciri orang yang cinta dunia yang saya tahu adalah orang-orang yang mengumpul-ngumpulkan harta dan yang mengejar-ngejar jabatan dan kesenangan dunia lainnya saja.

Apakah di Indonesia banyak orang cerdas atau orang tidak cerdas?

Kita sepakati terlebih dahulu kalau negara maju pasti banyak orang cerdasnya, tetapi orang cerdas seperti yang sudah saya definisikan. Jadi kalau Indonesia saat ini belum masuk kategori negara maju maka bisa dipastikan di Indonesia orang cerdasnya sedikit. Hal ini bisa dilihat dari fakta-fakta, bahwa;  (1) Masih ada orang Indonesia setiap harinya disibukkan untuk bekerja. Pekerjaan tersebut ada yang dalam rangka mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memenuhi keinginan hidup. Sepertinya, dengan meningkatnya jumlah, jenis, dan kualitas kejahatan, semakin banyak orang yang sudah tidak memikirkan lagi apakah cara untuk memperoleh uang itu halal atau tidak. Apakah cara mengumpulkan uang itu menyakiti atau merugikan orang lain atau tidak? Apakah ketika bekerja itu meninggalkan kewajiban agamanya atau tidak? Sehingga, kejadian pencurian, perampokan, korupsi dan kejahatan lainnya sudah sangat sering terjadi.

Fenomena ini terjadi di berbagai kalangan di dalam masyarakat, dari orang kaya sampai orang miskin. (2) Masih ada orang Indonesia yang haus akan kekuasaan, pangkat atau jabatan. Sehingga berbagai cara akan dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan, pangkat atau jabatan yang ia iniginkan. Sebab anggapannya, kekuasaan, pangkat atau jabatan bisa menjadi jalan mudah untuk mengumpulkan harta. Fenomena haus akan kekuasaan, pangkat dan jabatan bisa dilihat ramainya orang mencalonkan diri untuk jadi anggota bagian “penguasa”, masih ada yang mencalonkan diri untuk menjadi Kepala Daerah dengan cara yang tidak fair, berebutnya sejumlah orang tertentu untuk mengisi jabatan tertentu dan bersaingnya orang untuk naik pangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun