Mohon tunggu...
RIDWAN HIDAYAT
RIDWAN HIDAYAT Mohon Tunggu... Lainnya - Home

Hobi memancing dan olahraga. Akun ini untuk tugas dan sekedar mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Bahasa Sunda dari Zaman Pra-sejarah Hingga Zaman Sekarang

13 Desember 2023   13:11 Diperbarui: 13 Desember 2023   13:35 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah Bahasa Sunda Dari Zaman Prasejarah Hingga Sekarang Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa yang digunakan di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Barat. Bahasa ini memiliki sejarah yang panjang dan beragam, dimulai dari zaman prasejarah hingga saat ini. Seiring dengan perkembangan masyarakat Sunda, bahasa ini mengalami transformasi dan adaptasi yang menarik untuk dipelajari. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi sejarah bahasa Sunda mulai dari zaman prasejarah hingga perkembangannya saat ini.

Zaman prasejarah adalah periode awal perkembangan bahasa Sunda. Meskipun tidak ada catatan tertulis dari masa ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahasa ini sudah digunakan oleh masyarakat sejak lebih dari 1500 tahun yang lalu. Bahasa ini berkembang secara organik melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada periode ini, bahasa Sunda masih dalam bentuk yang kasar dan belum terstandarisasi. Perkembangan selanjutnya terjadi pada masa kerajaan Sunda, dimana bahasa Sunda mulai berkembang dengan pesat. Raja-raja Sunda memainkan peran penting dalam memajukan bahasa ini dengan menggunakannya sebagai bahasa resmi kerajaan. Sastra juga mulai berkembang pada masa ini, dengan karya-karya sastra yang memperkaya kosakata dan tata bahasa bahasa Sunda.

Karya-karya seperti "Bujangga Manik" dan "Carita Parahyangan" merupakan contoh penting dari sastra Sunda pada saat itu. Kedatangan bangsa-bangsa asing juga ikut mempengaruhi perkembangan bahasa Sunda. Pada abad ke-16, bangsa Portugis dan Belanda datang ke wilayah Sunda. Kontak dengan bangsa-bangsa ini membawa pengaruh yang signifikan dalam tata bahasa dan kosakata bahasa Sunda. Misalnya, banyak kata serapan dari bahasa Belanda yang masuk ke dalam bahasa Sunda. Namun, bahasa Sunda tetap mempertahankan karakteristik dan identitasnya yang khas. Era kolonial Belanda juga membawa perubahan besar dalam penggunaan bahasa Sunda. Pemerintah Belanda mendorong penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa resmi dan pendidikan di Hindia Belanda, termasuk di wilayah Jawa Barat yang menjadi basis masyarakat Sunda. Meskipun demikian, bahasa Sunda tetap digunakan oleh masyarakat Sunda dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan keluarga dan komunitas. Setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Sunda mendapatkan peran resmi sebagai salah satu bahasa daerah yang diakui oleh negara. Bahasa ini diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan secara luas di berbagai bidang, seperti sastra, media, dan pemerintahan daerah.

Pada tahun 1975, bahasa Sunda juga menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah di Jawa Barat. Perkembangan teknologi dan globalisasi juga berdampak pada penggunaan bahasa Sunda. Seiring dengan masuknya media sosial dan internet, penggunaan bahasa Sunda menjadi lebih beragam dan sering digunakan dalam konteks informal. Penulis muda dan musisi Sunda juga aktif dalam mempopulerkan bahasa ini melalui karya-karya mereka. Meskipun bahasa Sunda mengalami perkembangan yang pesat, sebuah tantangan muncul dalam menjaga keaslian dan keberlanjutannya sebagai bahasa yang kaya akan budaya dan warisan sejarah.

Dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin canggih dan multikultural, bahasa Sunda harus dijaga dan diperkuat untuk tetap menjadi identitas yang unik bagi masyarakat Sunda. Dalam kesimpulan, bahasa Sunda memiliki sejarah yang panjang dan beragam, dimulai dari zaman prasejarah hingga perkembangan saat ini.

Bahasa ini telah menjadi bagian integral dari budaya dan kehidupan masyarakat Sunda. Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa Sunda mengalami transformasi dan adaptasi untuk tetap relevan dan berguna bagi masyarakat saat ini. Tetapi, penting bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan kekayaan bahasa ini agar tidak hilang dalam arus globalisasi dan modernisasi yang terus berlanjut.

Sunda memiliki tiga tingkatan, yaitu bahasa Sunda lemes (halus), loma (akrab), dan kasar. Berikut ini adalah beberapa informasi tentang ketiga tingkatan bahasa Sunda:

Bahasa Sunda lemes (halus): Bahasa Sunda lemes digunakan dalam situasi formal, seperti pidato, surat resmi, dan acara adat. Ini adalah bentuk bahasa yang paling sopan dan digunakan oleh masyarakat Jawa Barat, seperti Cimahi, Tasik, dan Bandung.

Bahasa Sunda loma (akrab): Bahasa Sunda loma digunakan dalam situasi informal, seperti percakapan sehari-hari dengan teman atau keluarga. Ini adalah bentuk bahasa yang lebih akar dan mungkin mengandung beberapa kata-kata yang informal atau tuntutan.

Bahasa Sunda kasar: Bahasa Sunda kasar digunakan dalam situasi yang sangat informal atau kasual, seperti dalam percakapan dengan teman yang sangat akrab atau dalam humor yang kasar. Ini adalah bentuk bahasa yang paling kasar dan mungkin mengandung beberapa kata-kata yang berbunyi atau informal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun