Mohon tunggu...
Ridwan Hardiansyah
Ridwan Hardiansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penikmat huruf dan angka serta tanda-tanda yang menyertainya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagelen, Tapak Kolonis Pertama Indonesia*

1 Juli 2012   05:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai sebuah program yang dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk meratakan penyebaran penduduk, transmigrasi ternyata memiliki sejarah panjang. Pemindahan penduduk dari wilayah padat ke daerah 'sepi' tersebut untuk pertama kalinya terlaksana pada November 1905. Pemerintah Hindia Belanda yang masih menjajah Indonesia saat itu menamainya sebagai kolonisasi.

Kesempatan untuk mengikuti kolonisasi perdana diberikan kepada 155 kepala keluarga (KK) yang berasal dari Bagelen. Bagelen merupakan sebuah wilayah yang berada di dalam Karesidenan Kedu (sekarang menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah). Adapun, lokasi yang menjadi tujuan kolonisasi adalah Karesidenan Lampung.

Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung (Unila) Wakidi menuturkan, Pemerintah Hindia Belanda memilih memindahkan penduduk dari Karesidenan Kedu karena wilayah tersebut merupakan daerah dengan penduduk terpadat.

Sampai awal abad ke-20, Pulau Jawa yang terbagi menjadi 21 karesidenan memiliki kepadatan penduduk rata-rata 231 jiwa per kilometerpersegi. Sementara itu, rata-rata kepadatan penduduk Kedu telah mencapai 425 jiwa per kilometerpersegi.

"Dengan dasar tersebut, Pemerintah Hindia Belanda membuat kebijakan pemindahan penduduk di dalam Karesidenan Kedu pada November 1905," kata Wakidi saat ditemui di rumahnya, Sabtu (10/3).

Mengenai tanggal pasti pemberangkatan pertama kolonisasi, Wakidi mengaku, hal itu belum bisa diketahui secara pasti. Pasalnya, dokumen resmi Pemerintah Hindia Belanda maupun pemberitaan media massa yang terbit masa itu hanya menyebutkan nama bulan saja.

"Hari apa dan tanggal berapa, itu yang masih menjadi tanda tanya. Beberapa buletin Belanda cuma menyebutkan bulannya saja," terang Wakidi yang pernah menyusun tesis terkait kolonisasi melalui studi literatur tersebut.

Kolonisasi awal dipimpin langsung Asisten Residen Banyumas HG Heyting yang merupakan pejabat Pemerintahan Hindia Belanda sejak dari Kedu sampai Lampung. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Lampung, 155 KK yang mengikuti kolonisasi terdiri dari 815 jiwa.

Perjalanan menuju Lampung, tutur Wakidi, bukanlah hal yang mudah. Waktu yang dibutuhkan tidak sebentar. Sebab, sarana maupun teknologi transportasi ketika itu masih terbatas.

Rombongan kolonis memulai perjalanan dengan menumpang kereta api menuju Batavia (sekarang Jakarta). Mereka kemudian menempuh jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Telukbetung menggunakan kapal uap. Wakidi mengatakan, rombongan kolonis menaiki kapal barang yang memang menjadi rata-rata transportasi masa itu.

"Mereka tiba di Pelabuhan Telukbetung. Lokasi sekarang di Gudang Lelang, Sukaraja. Mereka diturunkan di sana karena itu memang pelabuhan di Lampung. Pelabuhan Panjang yang ada sekarang baru dibuka tahun 1912," jelas Wakidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun