Mohon tunggu...
Ridwan Hardiansyah
Ridwan Hardiansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penikmat huruf dan angka serta tanda-tanda yang menyertainya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Do It Yourself (4 - Kumpulan Naskah Sedikit Cerita Punk dari Bandar Lampung)

11 Juli 2012   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03 6646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Do It Yourself merupakan sebuah etika yang lahir dari punk era ’80-an. Punk era ’80-an mencoba mengembalikan makna punk kepada makna awalnya. Di mana, punk saat itu telah mengalami pengaburan makna.

Do it Yourself merupakan batas-batas yang dihasilkan dari praktik kehidupan punkers. Batas-batas ini tidak dikonsepkan secara rumus. Bagi punkers, Do It Yourself adalah sebuah etika yang pengertiannya dapat dipahami hanya melalui praktik dalam kehidupan. Sehingga, pemaknaan etika Do It Yourself pun berbeda diantara punkers. Sebagian punkers menganggap etika Do It Yourself hanya terbatas masalah musik. Sebagian yang lain memandang etika Do It Yourself adalah pegangan dalam keseluruhan hidup punkers. Meskipun berbeda dalam menafsirkan etika Do It Yourself, tidak ada punkers yang mempermasalahkan hal tersebut.Karena, punkers saling menghargai perbedaan pemikiran masing-masing. Perbedaan tersebut adalah bagian dari etika Do It Yourself dalam berpikir.

Sebenarnya, etika Do It Yourself telah ada sejak punk dilahirkan. Tetapi, etika ini terus menghilang seiring industri yang terus menjamah dan menjadikan punk sebagai komoditas.

Semula berawal di Paris, Perancis pada Bulan Mei 1968. Saat itu, sebuah aksi demonstrasi besar-besaran menentang Presiden Charles De Gaulle terjadi. Buruh, mahasiswa, hingga pelajar turun ke jalan. Demonstrasi ini menjadi pemicu gerakan sosial terbesar pada tahun 1960-an. Demonstrasi di Paris itu pula yang turut melahirkan ideologi punk, yang pada awalnya, punk hanyalah sebuah aliran musik.

Salah seorang demonstran itu bernama Malcolm McLaren. Malcolm adalah mahasiswa seni di salah satu universitas di Paris. Setelah peristiwa Mei 1968, Malcolm hijrah ke London, Inggris. Di London, Malcolm bersama istrinya Vivienne Westwood membuka toko busana bernama Let It Rock di Kings Road. Toko tersebut menjual kaos dan berbagai aksesori untuk kaum underground. Vivienne menjadi desainernya.

Malcolm adalah seorang yang berpaham kiri. Dia ingin membuat budaya tandingan dari budaya dominan di Inggris yang konservatif. Dia lalu menyimbolkannya melalui musik. Malcolm membentuk sebuah band yang eksentrik dan mandiri. Malcolm menamai band tersebut Sex Pistols.

Sex Pistols merupakan salah satu band punk era awal. Sex Pistols menjadi ikon akan kemandirian dan antikemapanan. Mereka menentang budaya konservatif di Inggris. Penentangan itu mereka lakukan melalui musik dengan lirik-liriknya yang tajam, gaya bicara yang semaunya, pakaian yang bertolak belakang dengan budaya pakaian saat itu. Serta, tingkah laku yang dengan sengaja berlawanan dengan kebanyakan tingkah laku orang Inggris waktu itu. Sayangnya, ikon kemandirian dan antikemapanan tak berlangsung lama. Akhir tahun 1970-an, Sex Pistols bergabung dengan label besar EMI Music. Hal itu menjadikan pandangan terhadap Sex Pistols berubah walaupun perilaku mereka tetap urakan.

Pengaburan makna punk pun mulai terjadi ketika band-band punk era awal bergabung dengan label-label besar. Padahal, punk pada awalnya terlahir sebagai aliran musik yang memberontak terhadap industri musik mapan dan ideologi yang menentang budaya dominan. Tetapi dengan mulai bergabungnya band punk era awal seperti Sex Pistols, The Clash, Buzzcock, dan Stiff Little Finger dengan industri musik mapan, makna perlawanan punk pun menjadi bias.

Punk berubah menjadi komoditas yang dimanfaatkan industri mapan tersebut. Industri mapan memanipulasi punk sedemikian rupa. Punk bagi industri disimbolkan sebagai semangat perlawanan yang cocok bagi remaja, di mana remaja merupakan pangsa pasar yang menjanjikan bagi industri. Industri mapan mengambil sikap pemberontak punk yang urakan dan membuang sikap positif punk dalam sisi politik maupun sosial. Etika Do It Yourself yang merupakan ideologi punk juga disingkirkan karena tak dapat menghasilkan dan tidak diminati pasar. Industri hanya menonjolkan beat musik punk yang keras dan fesyen punk yang bertolak belakang dengan budaya berpakaian mainstream. Punk pun berubah menjadi barang dagangan yang laris diperjualbelikan secara luas.

Melihat perlakuan industri terhadap punk yang sedemikian memojokkan dan berusaha mengubah wajah punk, beberapa punkers era ’80-an berusaha mengembalikan punk kepada makna awalnya. Berangkat dari hal tersebut, muncul band-band punk baru yang dua di antaranya menjadi pioner dalam usaha mengembalikan punk ke bentuk asalnya, yaitu band Crass dan MDC. Kedua band ini berusaha mengedepankan ideologi punk dalam musik maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka menjadi motor untuk membangkitkan kembali nilai-nilai punk yang seharusnya ada. Nilai-nilai punk yang selalu ditutupi dan berusaha dibuang industri mapan. Salah satunya adalah etika Do It Yourself.

Dengan etika Do It Yourself, kedua band tersebut mulai berusaha menandingi band-band punk yang bernaung di bawah label-label besar. Tidak seperti band-band yang bernaung di bawah label besar, Crass dan MDC mengorganisasi sendiri setiap kegiatan yang mereka lakukan, seperti membuat rekaman, membuat pertunjukan musik kecil, mengadakan tur album, serta menciptakan media. Semua usaha ini dilakukan kedua band itu untuk menyingkirkan para oportunis, yang menjadikan punk sebagai barang dagangan dan berusaha mengembalikan punk sebagai gerakan bawah tanah.

Melihat sejarah masa lalu, ketika punk era awal tidak mampu mempertahankan ideologi mereka, Crass dan MDC terus mencari cara untuk mempertahankan etika Do It Yourself.Network of Friend atau jaringan persahabatan menjadi kunci mempertahankan etika tersebut. Jaringan persahabatan berfungsi sebagai sarana membangun scene tanpa campur tangan dari orang-orang yang hanya mau menarik keuntungan dari punk. Di dalam jaringan persahabatan, punkers berbagi informasi dan saling membantu satu sama lain. Hal ini mampu memunculkan ikatan solidaritas sesama punkers. Selain itu, dengan jaringan persahabatan ini, golongan luar akan sulit memanfaatkan punk untuk kepentingan pribadi.

Dasar dari etika Do It Yourself adalah kemandirian dalam melakukan sesuatu. Etika Do It Yourself diawali dari diri sendiri. Individu yang menentukan segala sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Etika Do It Yourself merupakan wujud praktis dari pernyataan bahwa, “semua orang bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan kemampuan diri sendiri”.

Pernyataan di atas, setelah dianalisis sendiri oleh punkers, ternyata masih memiliki kelemahan-kelemahan. Setelah melalui berbagai kritisi dari dalam punk sendiri, Do It Yourself pun berkembang menjadi Do It with Friend (lakukan dengan teman). Salah satu kritik yang merupakan masalah terbesar dalam Do It Yourself adalah ekslusivisme yang terbentuk akibat kemandirian. Individu punker cenderung menutup diri dari orang lain sehingga ide-ide menjadi tertutup dan tidak berkembang.

Semangat yang hadir dalam Do It with Friend tetap sama, yaitu Do It Yourself. Punkers tetap mandiri tanpa bergantung kepada pihak lain. Kata friend dalam Do It with Friend adalah orang-orang yang berada dalam Network of Friend maupun orang luar yang bekerja sama bukan untuk memanfaatkan punk demi kepentingan pribadi. Fungsi teman adalah sebagai individu-individu yang otonom tetapi bekerja untuk satu kepentingan. Pengambilan keputusan pun biasanya dilaksanakan secara konsensus.

Etika Do It Yourself juga menjadi basis pertahanan punkers dalam menghadapi industri-industri kapitalis yang hanya mementingkan sektor ekonomi. Punk melihat kapitalis sebagai orang ataupun sekelompok orang yang memiliki banyak modal dan memiliki tujuan untuk mengakumulasi modal mereka seluas mungkin dan seintensif mungkin. Kapitalis dirancang sebagai sistem sosial untuk memudahkan orang-orang yang memiliki keistimewaan ekonomi agar tetap berjaya. Kapitalis hanya memikirkan modal tanpa peduli hal lain. Mereka terus memperkaya diri sendiri tanpa mau melihat kehidupan sekitar. Segala sektor mereka buat menjadi modal yang dapat diakumulasi, punk salah satunya.

Kapitalis menjadikan punk sebagai barang yang menjijikan. Mereka mendeskripsikan punk sebagai sekumpulan anak muda yang senang mabuk-mabukan dan tidak peduli dengan lingkungan. Tetapi pada lain pihak, kapitalis juga memanfaatkan punk sebagai komoditas.

Kapitalis menjual gayaberpakaian dan musik punk demi memenuhi motif ekonomi mereka. Bagi kapitalis, motif ekonomi merupakan satu-satunya nilai dalam kehidupan. Motif ekonomi menjadi pembanding. Hal ini menyebabkan timbulnya kelas-kelas dalam kehidupan antara kelas mapan dan tidak. Timbulnya kelas-kelas ini mengakibatkan lahirnya kekuasaan oleh mereka yang menguasai sektor ekonomi. Pada akhirnya, dengan wewenang kekuasaan yang mereka miliki, kapitalis memaksakan kehendak untuk tetap menguasai sektor ekonomi.

Kekuasaan yang dimiliki kapitalis biasanya dijalankan melalui pemerintahan suatu negara. Pemerintah merupakan kaki tangan kapitalis dalam menguasai sektor-sektor ekonomi. Aturan-aturan yang dibuat pemerintah, pada akhirnya, lebih mementingkan kapitalis daripada rakyat yang seharusnya dilayani.

Pemaksaan kehendak yang dilakukan kapitalis baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemerintah berusaha ditahan punkers lewat etika Do It Yourself yang memiliki dasar kemandirian. Pemaksaan kehendak pada akhirnya mengakibatkan sebuah penindasan, di mana ada pihak yang berlaku sebagai penguasa dan pihak lain sebagai yang dikuasai. Punkers melawan usaha penindasan dengan semangat persamaan (equality), yang merupakan salah satu bagian dari etika Do It Yourself. Menurut punkers, setiap orang berhak mendapatkan penghidupan tanpa mendapat penindasan dari siapapun juga. Persamaan juga memungkinkan setiap orang memiliki pilihan untuk menjalankan kehidupannya. Persamaan meliputi berbagai hal mulai dari politik, ekonomi, gender, sampai kepada musik.

Etika Do It Yourself juga mengajarkan punkers untuk aktif. Kemajuan teknologi menghasilkan produk-produk instan yang berjuta-juta jumlahnya. Kebanyakan orang pun dimanjakan kehadiran produk-produk ini. Hal ini kemudian menimbulkan sifat pasif dan konsumerisme yang tinggi. Pada akhirnya, kebebasan yang ada hanyalah kebebasan untuk mengonsumsi barang, bukan menciptakan sesuatu. Manusia akan menjadi tergantung kepada orang lain tanpa bisa mandiri, di mana hal ini merupakan hal yang sangat diharapkan kapitalis.

[]

Kumpulan Naskah Sedikit Cerita Punk dari Bandar Lampung:

Punk, Satu Babak di Saburai (1)

Cerita Punk di Dunia (2)

Kehadiran Punk di Bandar Lampung (3)

Prinsip Punkers (5)

Mohawk Sampai Boot (6)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun