Bandar Lampung, 15 Desember 2007. Sabtu malam itu, udara terasa dingin akibat hujan yang turun sejak sore dan baru berhenti sekitar pukul sembilan malam, satu jam yang lalu. Di atas lantai merah Lapangan Saburai[1], di pinggir sebelah kiri dekat tangga, delapan orang duduk berkumpul. Semuanya laki-laki. Mereka terlihat asyik mengobrol.
Di Lapangan Saburai, mereka biasa berkumpul. Sejak 1998, Lapangan Saburai memang telah menjadi tempat mereka berkumpul dari generasi ke generasi. Penampilan delapan orang itu berbeda dengan orang kebanyakan. Rambut berwarna-warni, celana yang menyempit di bagian bawah, sepatu boot, pierching (tindik), dan tato. Karena hujan yang turun sejak sore tadi, tak banyak dari mereka yang berkumpul malam itu.
Tiga orang lain tampak berjalan menuju Lapangan Saburai, hendak mendekati kumpulan delapan orang tadi. Ketika melewati pintu masuk Lapangan Saburai yang berjarak sekitar 30 meter dari lantai merah, seorang yang sedang duduk mengobrol dalam kumpulan delapan orang itu tiba-tiba berdiri.
“Oi… oi…,” teriak orang yang tiba-tiba berdiri itu kepada salah satu dari tiga orang yang mendekat. Teriakannya beriringan dengan lambaian tangan.
“Oi…,” jawab satu dari tiga laki-lakiitu.
Semua orang yang sedang duduk di lantai merah berdiri. Mereka menyalami tiga orang laki-laki yang baru datang itu. Diawali dengan saling bertanya dan menjawab mengenai keadaan masing-masing karena sudah lama tidak berjumpa, sebelas orang itu kemudian larut dalam obrolan selanjutnya.
Sebuah pertunjukan musik yang akan diadakan akhir tahun 2007 menjadi tema obrolan penghangat malam itu. Beberapa dari mereka menyatakan niat untuk tampil pada acara yang akan dilaksanakan di Bandar Jaya, Lampung Tengah itu.
Seorang di antara mereka, malam itu, mengenakan kaos tanpa lengan bergaris vertikal putih dan merah dari pinggang sampai dada. Serta, warna biru bercorak bintang-bintang dari dada ke atas. Sebuah logo burung hitam di dalam lingkaran putih tergambar pada bagian tengah kaos. Sekilas kaos tersebut menyerupai bendera Amerika Serikat. Kaos tersebut dipadu dengan celana yang menyempitdi bagian bawahberwarna merah dengan motif kotak-kotak. Serta, sepasang sepatu boot warna hitam.
Penampilan laki-laki itu juga dilengkapi dengan beberapa aksesori. Kalung rantai yang melingkar di leher. Gelang spike pada pergelangan tangan kanan dan gelang kulit berwarna coklat pada pergelangan tangan kiri. Serta, sebuah ikat pinggang yang juga spike melingkar di pinggang.
Pada tangan kiri bagian lengan atas, sebuah tato naga berwarna garis hijau tua tergambar. Tiga buah pierching terpasang di bawah bibir. Sebuah tupper terbuat dari logam menghiasi cuping telinga sebelah kanan.
Rambut orang itu terpangkas habis di sebelah kiri kanan kepala dan menyisakan sedikit rambut di bagian tengah. Rambut yang tersisa itu kemudian dibuat berdiri tegak lurus menyerupai paku yang menancap. Gaya rambut ini dikenal sebagai gaya rambut mohawk. Tidak hanya bergaya rambut mohawk, orang itu juga mewarnai rambutnya dengan warna merah.
Seorang lain yang sedang berjongkok mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam. Pada bagian depan kaos, terpampang gambar sebuah band. Celana pendek selutut berwarna coklat muda terpasang di bawah kaos. Celana itu penuh dengan emblem. Sepasang sepatu boot warna hitam yang dipadukan dengan kaos kaki warna hitam setinggi lutut menjadi alas kaki.
Telapak tangan sebelah kiri mengenakan kaos tangan tebal warna hitam bergaris merah. Di pergelangan tangan kanannya, sebuah gelang spike melingkar. Tupper berwarna hijau terpasang di cuping telinga sebelah kiri. Bersambung seperti ikatan rantai, tupper tersebut berhias dua buah ring.
Lain lagi yang dikenakan laki-laki berikutnya. Dia mengenakan kaos hitam dengan logo sebuah band warna putih pada bagian depan. Celana senam ketat warna hitam dilapisi dengan celana pendek warna hitam berhias emblem menjadi pakaian yang dikenakan di bawah kaos. Alas kaki yang digunakan berupa sepatu kain warna hitam.
Pada lehernya melingkar kalung dari manik-manik. Begitu pula di pergelangan tangannya, sebuah gelang manik-manik terlingkar. Sebuah pierching terpasang di bawah bibir bagian tengah. Serta, sebuah anting-anting menggantung di cuping telinga sebelah kiri.
Rambutnya memiliki dua warna dan dua jenis potongan rambut. Dari tengah kepala ke sebelah kiri, rambutnya berwarna coklat muda dengan potongan rambut pendek, hanya sekitar dua centimeter panjangnya. Dari tengah kepala ke sebelah kanan, rambutnya berwarna coklat tua dengan potongan rambut panjang sampai menutupi daun telinga. Gaya rambut ini umum disebut feather cut.
Obrolan mengenai pertunjukan musik terus berlanjut sampai lebih dari satu jam. Setelah menemukan kesepakatan untuk berangkat ke pertunjukan musik di Bandar Jaya bersama-sama, tiga orang itu pun memutuskan untuk pulang.
Dengan pakaian mencolok yang berbeda dengan orang kebanyakan, masyarakat mengenal kumpulan orang-orang itu dengan sebutan punkers atau anak punk.
[]
Kumpulan Naskah Sedikit Cerita Punk dari Bandar Lampung:
Kehadiran Punk di Bandar Lampung (3)
Do It Yourself (4)
Prinsip Punkers (5)
[1] Lapangan Saburai berada di pusat Kota Bandar Lampung. Lapangan itu biasa digunakan masyarakat untuk berkumpul baik pada pagi, siang, sore, maupun malam hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H