Mohon tunggu...
Ridwan Fajar
Ridwan Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Financial

OPEC+ Turunkan Produksi, Harga Minyak Melambung Tinggi

8 Oktober 2022   23:11 Diperbarui: 9 Oktober 2022   13:22 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

OPEC+ merupakan suatu organisasi yang terdiri dari negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya termasuk Rusia. Pada saat ini, OPEC+ melakukan pemangkasan produksi minyak dunia terbesar sepanjang 2022. Hal ini berdampak pada naiknya harga minyak dunia yang saat ini sudah hampir menyentuh angka USD 100 per barel akibat pasokan di pasar yang sudah sangat ketat.

Menurut laporan, harga minyak Brent mengalami kenaikan sebesar 3,7% atau sekitar USD 3,48 menjadi USD 97,90 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan sebesar 4,7% atau sekitar USD 4,18 menjadi USD 92,63 per barel. Sementara Menteri perminyakan Kuwait mengatakan bahwa OPEC+ nantinya akan membuat keputusan ini untuk menjamin pasokan energi dan melayani kepentingan konsumen dan produsen.

Di Eropa, perpecahan di antara para pemimpin Uni Eropa mengenai batas harga gas dan rencana penyelamatan negara telah muncul kembali, dengan Polandia menuduh Jerman terlalu egois dalam menanggapi krisis energi musim dingin yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina. SPBU di wilayah Paris dan di seluruh Prancis sedang berjuang untuk mendapatkan pasokan bahan bakar yang cukup karena pemogokan di empat kilang Total Energies SE berlanjut untuk hari kesepuluh.

Keputusan OPEC+

OPEC+ telah menyepakati bahwa akan menurunkan target produksi minyak mentah mereka sebesar 2 juta barel per hari mulai minggu ini. Menurut pialang minyak PVM Stephen Brennock, konsekuensi dari keputusan ini adalah kemungkinan kembalinya harga minyak ke angka USD 100 per barel. Hal ini juga sudah diprediksikan oleh UBS Global Wealth Management yang memproyeksikan harga minyak Brent akan berada hingga di atas USD 100 per barel selama kuartal IV 2022.

Keputusan OPEC+ ini dikeluarkan menjelang embargo yang akan dilakukan oleh Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Menurut Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais, dengan OPEC+ menurunkan produksi akan menjadikannya memiliki pasokan yang lebih banyak untuk dimanfaatkan apabila nantinya terjadi krisis.

Kekecewaan Amerika Serikat

Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Washington tengah mencari seluruh alternatif yang dapat dilakukan untuk menjaga agar harga minyak tidak naik. Dengan dikeluarkannya keputusan dari OPEC+ untuk mengurangi produksi mereka, Joe Biden merasa kecewa karena dari pihak pejabat AS sedang mengusahakan untuk menstabilkan harga minyak.

Hal ini diperparah dengan perkiraan stok minyak mentah dan bahan bakar AS akan menurun sekitar 1,8 juta barel. Persediaan stok sulingan akan turun sekitar 4 juta barel, sementara persediaan bensin akan menurun sekitar 3,5 juta barel.

"Seperti yang telah kami katakan, keputusan OPEC, alasan mengapa kami kecewa adalah karena kami percaya kebijakan itu tidak perlu dan tidak beralasan diambil pada masa ketika terjadi kekurangan pasokan energi global. Ini menjadi tantangan signifikan," kata Direktur Dewan Ekonomi Nasional Brian Deese.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun