Mohon tunggu...
Ridwan Azhari Akbar
Ridwan Azhari Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Jakarta

Student of International Relations

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Dagang dari Abad ke-18, Trump Ngamuk Memicu Perang Dagang AS Vs China

27 Juni 2024   18:16 Diperbarui: 19 September 2024   16:09 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penandatanganan Phase One Trade Agreement Wakil PM China Liu He: kiri, Presiden AS Donald Trump kanan. (Sumber: United States Trade Representative)

Sejarah hubungan dagang AS dan China
Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China dimulai lebih dulu dengan "hubungan dagang" yang sudah terjalin cukup lama sejak tahun 1784, beberapa tahun sejak AS baru merdeka, para pengusaha kaya AS kala itu mengirimkan kapal Empress of China untuk pelayaran perdagangan pertama kalinya secara langsung (Historian). Selama 60 tahun setelah pelayaran pertama, Menteri Luar Negeri AS Daniel Webster kala itu mengutus perwakilan diplomatik AS pada tahun 1843, Caleb Cushing diutus sebagai utusan khusus untuk merundingkan perjanjian perdagangan dan diplomatik dengan Dinasti Qing. Satu tahun berselang tahun 1844, Cushing dan pejabat Dinasti Qing bersepakat menandatangani Perjanjian Wangxia yang menandai awal hubungan diplomatik resmi antara AS dan China. Pada tahun 1878, China mendirikan perwakilan di Washington, D.C. dengan mengutus Chen Lanbin yang menjadi Duta Besar pertama China untuk AS, dengan demikian hal ini menjadi awal hubungan diplomatik penuh antara keduanya (CHINA, 2018).

Untuk memahami hubungan antara AS dan China memerlukan pemahaman penting tentang sejarah untuk dikaitkan pada rivalitas antara kedua negara saat ini. Hubungan diplomatik AS dan China sudah pernah terputus dan normal kembali (CHINA, 2018). Seperti pengakuan AS atas Taiwan dengan memindahkan Kedutaan Besar AS ke Taipei, lalu hubungan diplomatik kembali terjalin setelah kunjungan Presiden Richard Nixon ke China pada tahun 1972 untuk menormalisasi hubungan setelah isolasi yang sangat lama selama 20 tahun. Dalam beberapa dekade terakhir, China telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang kuat di dunia, sementara AS mengalami stagnasi ekonomi setelah krisis keuangan global subprime mortgage tahun 2008. Meskipun kerap terjadi gesekan dalam hubungan antara kedua negara, seperti perselisihan terkait Kepulauan Diaoyu, Senkaku, dan Laut China Selatan, tetapi kerja sama antara AS dan China pada saat yang sama juga sangat signifikan dalam perdagangan dan investasi. Namun, penting untuk diingat bahwa hubungan ekonomi antara AS dan China bukan hanya tentang rivalitas, tetapi juga tentang kerja sama (Blanchard, 2015).

AS dan China saling ketergantungan

Konsumen AS adalah pembeli utama dari produk ekspor China, dan banyak cadangan devisa China diinvestasikan dalam obligasi AS. Meskipun mungkin ada kegembiraan China atas kegagalan ekonomi AS, tetapi sebetulnya mereka juga mengalami kerugian karena membayar dengan obligasi yang tidak berharga (Cohen, 2019). Dalam hal perdagangan dan kebijakan ekonomi, hubungan antara AS dan China telah diwarnai oleh ketidakpercayaan yang panjang. Kenaikan pesat ekonomi China telah menimbulkan kekhawatiran, bahwa China berusaha mempertahankan pertumbuhan ekonominya dengan mengorbankan kepentingan mereka dengan AS. Isu-isu utama seperti (1) Hak kekayaan intelektual (HKI), di mana China adalah salah satu produsen terbesar barang palsu dan bajakan di dunia yang menyumbang 53% produk palsu untuk diekspor ke AS pada tahun 2010, dan menjadi negara pertama dalam priority watch list negara yang paling buruk dalam penegakan HKI di dunia pada tahun 2011 (Chen, 2014). (2) Transfer teknologi paksa di mana China mewajibkan investor mempunyai saham yang di bagi dengan perusahaan lokal 50%-50%, seperti contoh dalam kasus ini perusahaan mobil listrik Tesla dari AS yang mendirikan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki di Shanghai untuk memproduksi mobil listrik. (3) Pembatasan pada foreign direct investment (FDI) atau investasi langsung luar negeri. (4) Pembatasan ekspor logam. Isu-isu tersebut telah menambah kecurigaan AS terhadap China. Ketidakpercayaan ini memuncak dalam situasi yang sulit, di mana kedua negara saling menyalahkan atas masalah ekonomi yang mereka hadapi (Chen, 2014).

Awal perang dagang AS dan China

Perang dagang antara AS dan China dimulai sejak Maret 2018 karena investigasi dari AS terhadap Section 301 investigation yang ditujukan untuk China, AS mengenakan tarif 25% pada ekspor barang China senilai USD 50 yang masuk ke AS. China juga membalas dengan memberlakukan tarif pada ekspor AS senilai USD 50 miliar pada Juni 2018. Pada September 2018, AS mengenakan tarif 10% pada produk ekspor China senilai USD 200 miliar ke AS, China membalas tarif 5%-10% pada ekspor AS senilai USD 60 miliar. Pada 10 Mei 2019, AS memberlakukan tarif 10% pada ekspor China senilai USD 200 miliar lalu dinaikkan kembali menjadi 25% (Lau, 2020).

AS dan China adalah dua kekuatan ekonomi yang besar, sejarah hubungan dua kekuatan besar ini sudah terjalin dari abad ke-18, namun ketidakpercayaan diantara keduanya telah terbentuk oleh faktor ekonomi dan politik yang sangat krusial dan  membuat hubungan AS dan China sering kali saling bertegangan, sampai pada puncaknya perang dagang tahun 2018.


Pandangan diplomasi bilateral

Bilateral Diplomacy atau diplomasi bilateral adalah dasar untuk membangun hubungan antar negara, hubungan bilateral menjadi  hal yang paling krusial untuk membentuk dan menjaga hubungan antar negara. Negara-negara saling berinteraksi disebabkan beberapa faktor, antara lain (1) adanya kepentingan bersama; (2) kerentanan atau masalah bersama; (3) pencarian dominasi untuk negara atau wilayah lain; (4) dorongan kuat dari aktivitas perdagangan. Tujuan dari diplomasi adalah untuk meningkatkan kepercayaan atas kepentingan nasional suatu negara, diplomasi berupaya mentransformasi hubungan yang lebih terarah melalui hubungan bilateral yang lebih bersifat strategis dan komperhensif. Jika ada negara yang menjalin hubungan bilateral dengan negara lain, maka dapat dipastikan bahwa negara itu sangat menjaga hubungan mereka agar tidak rusak oleh satu isu tertentu saja, atau mempunyai potensi yang dapat merusak agenda bilateral lain yang sedang mereka jalin, atau yang mungkin akan menjadi akar masalah untuk rusaknya hubungan bilateral mereka. Diplomasi didasarkan pada upaya untuk merancang cara-cara agar dapat meningkatkan hubungan antar negara. Diplomasi bilateral menentukan kapan, di mana, dan bagaimana hubungan antar negara menjadi lebih relevan (Andrs Rozental, 2013).

Meskipun diplomasi bilateral tradisional sebagian besar berkaitan dengan politik, tetapi kepentingan komersial juga sangat memainkan peranan penting dalam diplomasi. Para diplomat yang ditugaskan untuk berdiplomasi pada umumnya telah dilatih dalam ilmu sosial, hukum, atau Hubungan Internasional. Pada era-era sekarang saja ekonomi mulai memainkan peran yang setidaknya sama pentingnya dalam Hubungan Internasional, khususnya diplomasi. Promosi perdagangan, menarik investasi asing, pengetahuan tentang keuangan, dan fasilitasi bisnis kini menjadi kompetensi yang wajib dimiliki oleh diplomat kontemporer dalam ekonomi untuk mencapai kepentingan nasional negara mereka (Andrs Rozental, 2013).

Diplomasi bilateral dapat dikatakan sebagai diplomasi yang paling kuno, diplomasi juga tidak hanya berkaitan dengan hubungan politik, tetapi karena adanya dorongan kuat dari aktivitas perdagangan yang awalnya bersifat komersil yang berskala kecil, menjadi perdagangan internasional yang berskala besar. Perdagangan tentunya menjadi faktor terjalinnya diplomasi yang menjadi kepentingan nasional suatu negara untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya. Jika mengaitkan hubungan AS dan China seperti yang sebelumya sudah dijelaskan, hubungan bilateral kedua negara sudah lebib dulu terjalin oleh hubungan dagang pada tahun 1784, lalu hubungan diplomatik ditandai dengan Perjanjian Wangxia tahun 1844, hubungan diplomatik penuh ditandai dengan pendirian legasi China di Washington, D.C. dengan mengutus Duta Besar untuk AS pada tahun 1878.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun