Mohon tunggu...
Ridwan Abraham
Ridwan Abraham Mohon Tunggu... Marketing Engineer -

Semoga seluruh umat berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Djarot Kawal Bhinneka Tunggal Ika

10 Januari 2017   13:16 Diperbarui: 10 Januari 2017   13:19 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyaris sepanjang 2016 lalu, dapat kita lihat dan rasakan tingkat toleransi beragama dan pemakluman terhadap isu SARA nyaris mendekati titik nol. Masyarakat semakin sadis dan beringas menyangkut hal-hal SARA. Urgensi ini sudah mencapai klimaksnya dan harus segera ditingkatkan penanganan dan pencegahannya. SARA sangat berbahaya dan sensitif jika dipermainkan dan ‘dibungkus’ dengan berita-berita hoaxdan provokatif.

Tingkat kemajemukan dan diversifikasi Indonesia sangatlah tinggi, apalagi di Kota-kota besar. Jakarta sebagai Ibukota dapat dijadikan ‘laboratorium’ untuk memantau dan menilai tingkat toleransi antar umat beragama di Indonesia. Berbagai latar belakang Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan bercampur-aduk dalam keseharian dan aktifitas penduduk Jakarta.

Rendahnya toleransi dapat ditanggulangi pertama-tama melalui pendidikan dan penyadaran akan pentingnya arti toleransi dalam seluruh lapisan masyarakat. Untuk mewujudkan program pendidikan toleransi ini, FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) DKI Jakarta menggagas dan bekerja sama dengan instansi pemerintah dan pendidikan untuk membangun ‘Sabda’ (Sekolah Agama dan Bina Damai).

Sekolah ini bertujuan memberikan materi mengenai pentingnya kerukunan antar umat beragama dan toleransi dalam tiap lapisan masyarakat. Angkatan pertama sekolah ini diresmikan oleh Wakil Gubernur Jakarta dan Dewan Penasehat FKUB, Djarot Saiful Hidayat. Selaku pejabat publik Djarot merasa sekolah pembinaan kedamaian ini diperlukan sebagai ujung tombak perdamaian dan toleransi di ibukota.

“Sabda ini dilakukan dalam rangka membangun kader perdamainan yang berfungsi sebagai suri tauladan, untuk benar-benar memupuk rasa persatuan dengan cara damai, santun, dan baik. Kader perdamaian ini sangat penting. Agama pun diturunkan oleh Allah SWT, tidak ada satu pun mengajarkan permusuhan, bunuh-membunuh, menyakiti sesama manusia,” kata Djarot

Kurasi rasa Bhinneka Tunggal Ika penting dilakukan melalui kerja sama antar pemuka agama, akademisi dan instansi pemerintahan untuk menciptakan rasa aman dan toleransi dalam pribadi masyarakat. “Kegiatan ini untuk menunjukkan kepada seluruh bangsa Indonesia bahwa inilah jati diri bangsa Indonesia yang dibangun berdasarkan kebinekaan menuju ketunggalikaan. Dan alhamdulillah mendapatkan sambutan yang baik,” ujar Djarot.

Langkah-langkah meningkatkan rasa toleransi dan tenggang rasa antar umat beragama semoga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif. Ketika toleransi dapat diciptakan, kedamaian pun akan dirasakan dan diskriminasi bisa kita lupakan. Mudah-mudahan peningkatan pluralitas dan toleransi ini akan berujung baik dengan semangat perdamaian, persatuan dan ke-bhinnekatunggalikaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun