[caption caption="Penulis di Lokasi Utama #Kompasianival2015 di Mall Gandaria City, Jakarta, Sebelum Acara Pembukaan, Sabtu, 12 Desember 2015 (Dokumentasi Pribadi)"][/caption]Acara #Kompasianival2015 yang digelar di Gandaria City, Jakarta, pada 12-13 Desember 2015 terbilang sangat sukses. Walaupun diwarnai “protes” terkait “Palace Lunch Gate” oleh beberapa Kompasianer, namun acara-acara yang digelar di #Kompasianival2015 cukup memuaskan.
#Kompasianival2015 yang mengusung tema #IndonesiaJuara cukup berkesan bagiku yang menghadiri pertama kali sejak jadi Kompasianer tahun 2012.
Aku sendiri memang menantikan acara "kopi darat" terbesar para Kompasianer, Blogger, dan Pewarta Warga di Indonesia tersebut. Alasannya, selain ingin bertemu langsung dengan Kompasianer yang sudah dikenal, rencana kehadiran Presiden Jokowi, Ridwan Kamil, Anis Baswedan, Rizal Ramli dan “tokoh-tokoh juara” lainnya menjadi magnet bagiku untuk “bersikeras” hadir di Kompasianival tahun ini.
Walaupun pada akhirnya, aku tahu Pak Jokowi batal hadir dan hanya mengundang 100 Kompasianer untuk makan siang di Istana. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkahku untuk berangkat ke Jakarta.
Apakah aku kecewa tidak di undang ke Istana? Tidak juga. Aku sadar, tidak terlalu aktif menulis di Kompasiana dan belum dikenal admin.
Koleksi tulisanku tiga tahun ini hanya 116 dengan tujuh headline dan 42 highlight. Tulisanku baru dibaca sekitar 172 ribu pageviews. Jauh dari raihan Kompasianer lainnya yang sudah lama bergabung. Tapi aku tidak “rendah diri” untuk datang ke acara #Kompasianival2015.
“Kecelakaan” Sebelum Hadiri #Kompasinival2015
Aku saat ini berdomisili di Bandar Lampung, maklum istriku asli putri Pulau Andalas. Aku sendiri asli orang USA alias “Urang Sunda Asli” dari Pakuan Padjadjaran, sebutan lain dari daerah Bogor.
Ada cerita menarik sebelum niat aku kesampaian sampai di #Kompasianival2015. Sebelas hari sebelum hari-H #Kompasianival2015, tepatnya pada Senin (30/11/2015), aku mendapat “kecelakaan” di kantorku, terpeleset dan jatuh dari tangga dan kakiku terkilir, kelihatannya cukup parah kondisinya. Hari itu juga aku di urut oleh ahli patah tulang.
Menurut ahli urut, kondisi kakiku tidak terlalu serius, namun pemulihannya bisa lama. Tukang urut menyarankan aku istirahat dulu, dan menunggu perkembangan sampai tiga hari kemudian.
Namun, sampai tiga hari, kondisi kaki-ku tidak kunjung membaik, malah tambah bengkak. Akhirnya tukang urut itu datang ke rumah untuk kembali “merevarasi” kaki sebelah kiriku yang cedera.
