Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Relawan - Fungsionaris DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES)

Orang biasa saja, seorang ayah, sejak tahun 2003 aktif dalam kegiatan community development. Blog : mediawarga.id e-mail : muh_ridwan78@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Kota Tua Teluk Betung

14 Mei 2013   02:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:37 3113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir pekan lalu, kebetulan masih tanggal muda, seperti biasa, saya mengajak Istri dan si kecil Muhammad Rafif (3 tahun), jalan-jalan “berburu” kuliner di Bandar Lampung. Kali ini coba menikmati kembali Sop Kaki sapi Betawi Bang Rusman, yang berlokasi disalah satu sudut kota tua Teluk Betung, Bandar Lampung. Sop Kaki sapi Betawi Bang Rusman, memang tempat Favorit kami untuk makan siang di akhir pekan. Selain Sopnya lumayan enak, harganya juga terjangkau (kalau pas tanggal muda..he..he)

Kurang dari setengah jam, satu mangkuk sop kaki sapi dan satu piring nasi plus (Nambah nasi maksudnya..he..he), sudah “rampung” pindah posisi ke dalam perut. Si kecil rafif yang dipesankan sate ayam, tampak sibuk belajar menggigit sate dengan mulut blepotan. Sedangkan Mamahnya asyik dengan satu mangkuk Sop daging sapi pedas. Setelah membayar dengan satu lembar lima puluh ribuan, 45 menit berselang, kami beranjak dari rumah makan tersebut.

Lalu dengan “menunggang” Motor Bebek (tidak boleh sebutkan nama pabrikannya, takut dianggap iklan...he..he), kami menyusuri sudut-sudut Kota Tua Teluk Betung. Bagi saya, sebagai pendatang dari Pulau Jawa, Kota Teluk Betung memiliki keunikan tersendiri.

Mengamati bangunan-bangunan di Teluk Betung, seolah membawa saya melihat Kota Bogor di era 80-an, khususnya daerah “Pecinan” di Jalan Surya Kencana Bogor. Kebetulan, saya berasal dari Bogor, baru dua tahun menetap di Bandar Lampung dan bermukim di daerah Way Halim.

Teluk Betung adalah kota pesisir pantai, dan Kota tertua di Bandar Lampung. Kota perdagangan utama di Bandar Lampung ini pernah hancur ketika Gunung Krakatau meletus tahun 1883. Saya pernah bertugas di Aceh pasca tsunami, membayangkan kondisi Teluk Betung yang lokasinya pas dibibir pantai pasca bencana Gunung Krakatau.

Saya pernah menyaksikan kota Calang yang hancur 90%. Sejauh mata memandang di Kota Calang yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Aceh Jaya itu, rata dengan tanah. Mungkin waktu itu, Teluk betung seperti Kota Calang, walau belum padat seperti sekarang, pasti rata dengan tanah.

Teluk Betung Kota Tua Yang Pluralis

Bisa dikatakan Teluk Betung adalah kota yang sangat plural. Hal ini bisa terlihat banyaknya rumah ibadah dari berbagai agama yang jaraknya berdekatan. Ada Mesjid, Gereja dan Vihara. Tidak jauh dari tempat kami makan siang tadi, tampak sebuah Gereja dengan arsitektur Eropa sedang dipenuhi jemaat yang beribadah, Gereja Bethel namanya . Tampak mobil-mobil jemaat berjejer memadati badan jalan sampai dua lajur.

Kemudian ada juga rumah ibadah yang menjadi ikon Kota Teluk Betung, yaitu Vihara Thay Hin Bio. Rumah Ibadah ummat Konghucu ini memiliki arsitektur yang sangat indah sekali. Dindingnya bercat merah dan ada hiasan ornamen naga di pintu gerbang dan pilar-pilarnya. Melihat Vihara Thai Hin Bio dan lingkungan sekitarnya, seolah-olah kita sedang berada di negeri Tiongkok. Memang, Teluk Betung merupakan Chinatown atau Pecinan-nya Bandar Lampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun