Mohon tunggu...
Ridwan Arifin
Ridwan Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Munsyi dan Narablog

Bahasa, Penerjemahan, Linguistik, Keimigrasian, Blog di https://ridwanbahasa.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Apa Arti Nyapres, Nyoblos, dan Nyalon?

5 Desember 2012   06:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:09 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunyi /Ny-/ Gejala berbahasa di media semakin ‘liar’. Artinya, Bahasa Indonesia digunakan tidak pada tempatnya walaupun tujuannya untuk menarik pemirsanya. Namun, kaidah-kaidah berbahasa yang benar tidak diterapkan. Untuk membuat suatu judul atau tulisan agar menarik perhatian, tidak perlu ‘merusak’ bahasanya. Ada beberapa trik untuk merumuskan bahasa dalam jurnalisme. Buktinya, beberapa kali saya pernah abadikan gejala penggunaan alomorf Ny- lewat ponsel pribadi,. 1.“Artis Nyapres sumber: ponsel pribadi 2.“Nazar Nyoblos di Rutan”

1354687672424237401
1354687672424237401
sumber: ponsel pribai 3.“Akhirnya Nyalon jadi Bupati”. Jika ‘dipreteli’, kata ‘Nyapres’ berasal dari kata ‘Capres’ dan dipanjangkan menjadi ‘Calon Presiden’. Artinya, seseorang mulai mengajukan diri jadi Capres. Namun, apakah fungsi alomorf itu? Dalam KBBI IV 2008, alomorf ialah anggota morfem yang sama yang variasai bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Kata kuncinya ialah variasi bentuk bunyi dari prefiks (awalan). Contohnya, prefiks me- memiliki beberapa alomorf seperti men-, meng-, meny dan menge-. Nah, apakah kata ‘Nyapres’ berasal dari ‘Menyapres’? atau bisakah berdiri sendiri ‘Nyapres’? bisakah berdiri sendiri seperti kata ‘Nyapu’, ‘Nyiram’, ‘Nyuci’? sungguh keliru. ‘Nyoblos’ berasal dari kata ‘Coblos’. ‘Nyoblos’ berarti seseorang melakukan coblosan berupa menusuk kertas dengan alat. Jika ditambah prefiks, akan menjadi ‘mencoblos’ bukan ‘nyoblos’. Kata ‘Nyalon’ memiliki dua makna yakni mencalonkan diri atau kegiatan pergi ke salon. Parahnya, tidak bisa kata ‘calon’ menjadi ‘nyalon’ melainkan ‘mencalonkan’. Apakah gejala bunyi –Ny ini menunjukkan kemalasan orang Indonesia khususnya media dalam berbahasa yang benar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun