Tepat di tanggal 4 september tahun ini, suatu kabar yang sedikit mengagetkanku sekaligus menambah kebingungan terhadap proses penyelesaian Tugas Akhir yang sering disebut Skripsi ini. Lagi-lagi sumber masalah datang dari Sang Dosen pembimbing, yang sebelumnya juga memiliki beberapa permasalahan yang menghambat proses kelancaran perjalanan skripsiku yang malang ini. Awalnya tantangan datang dari dosen Pembimbing Utama (PU) yang juga sebagai Pembimbing akademik, umumnya mahasiswa mengatakan sebagai orang tua angkat di kampus ini. Beliau mengalami sakit keras yang sudah dideritanya dalam waktu yang cukup lama. Hingga hari ini juga, beliau belum juga bisa sembuh total dari sakit yang menimpanya. Rutinitas cuci darah harus dilaluinya dua kali dalam seminggu, sungguh menyakitkan memang. Telah kucari beberapa informasi terbaru mengenai kabar dari Sang Pembimbing utama tersebut, tetapi sama saja informasi yang kuperoleh. Bahwa beliau belum pernah hadir ke kampus selama satu minggu ini. Memang sangat jarang beliau hadir di kampus maupun keruang pribadinya.
Paginya, sekitar pukul 10.00 wib, dosen pembimbing pendamping (PP) yang sangat welcome denganku ini membalas SMS yang kukirimkan kepadanya. Sebelumnya kubertanya apakah beliau ada jadwal hari ini hadir di kampus, karena selama menjalani proses mengajar sebagai Dosen, beliau selalu Pulang-Pergi dari tempat tinggalnya menuju ke kampus yang ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam. Sangat jauh memang dan wajar diberi apresiasi atas perjuangan bapak ini. Isi pesan beliau dalam SMS yang dibalasnya yaitu, “maaf wan, Bapak sedang sekolah di Palembang. Coba konsultasikan kepada ketua jurusan supaya dicarikan dosen pengganti untukmu”, demikian pesan singkat beliau. Sedikit kaget dan membingungkan bagiku isi pesan ini saat pertama sekali ku membacanya. Lalu kubalas pesan bapak tersebut dengan balasan seadanya. Dan diakhiri dengan pesan singkat dari beliau “Ok”.
Setelah kumendapat informasi tadi, yang terlintas dalam benakku adalah bagaimana bertemu dengan sang ketua jurusan untuk membahas hal ini. Tentu saja informasi mengenai dosen-dosen pembimbing saya ini sudah terlebih dahulu diketahuinya. Aku hanya bisa menunggu di depan gedung laboratorium jurusan yang menjadi tempat para dosen jurusan berkumpul dalam ruangannya masing-masing. Kurang lebih dua jam aku menunggu dalam kebosanan. Bagaimana tidak, selama proses memasuki bimbingan skripsi, waktu inilah yang paling lama kuhabiskan dalam menunggu dosen pembimbinga yang akan kutemui. Kalau sebelumnya, kuhanya melihat para dosen-dosen yang akan kutemui didalam ruangannya. Apabila tidak ada, ya langsung saja ku meninggalkan laboratorium. Karena menunggu dalam kebosanan bagiku sangatlah tidak masuk akal. Walaupun ternyata baru ku sadar, bahwa apabila kita ada keperluan sesekali butuh juga yang dinamakan pengorbanan.
Dosen yang juga sebagai ketua jurusan pun akhirnya datang juga, yang telah kutunggu-tunggu sejak tadi. Langsung saja aku melangkah menuju ruangannya diatas. Ku ketuk pintu ruangannya, dan melangkah dengan sangat pelan penuh dengan kehati-hatian. Ketua jurusan ini sangat dikenal banyak mahasiswa di jurusanku ini, sedikit “killer” memang. Namun bagiku sama saja karakter dosen, toh juga mereka sudah lebih dulu merasakan asam-manisnya sebagai mahasiswa. Kusapa beliau dengan sedikit senyuman sambil bertanya dan konsultasi dengan nada-nada ringan. Setiap yang kutanyakan beliau tanggapi juga dengan nada ramah dan tak terlihat suasana menegangkan selama ku didalam ruangan ketua jurusan tersebut. Beberapa pertanyaan yang ku sampaikan, beliau juga sedikit kebingungan, dan mengaku serasa bersalah. Bahwa ternyata pada rapat dosen jurusan yang biasa dilakukan setiap minggu pada hari rabu lalu, telah membahas mengenai penggantian anak bimbingan (PA) dari dosen-dosen yang akan mengambil studi tadi. Namun hal yang tak terpikirkan sesuai pengakuan beliau, tidak adanya pembahasan mengenai anak bimbingan skripsi dari para dosen-dosen yang akan melanjut studi tadi. Sadis sekali, pikirku. Seolah-olah aku tak dianggap sebagai anak bimbingan skripsi di jurusan ini.
Namun sedikit yang membuat hatiku tenang yaitu ketika sang ketua jurusan memberi tanggapan kepadaku, akan dilakukannya proses secepat mungkin dalam penggantian Dosen pembimbing ku itu. Dikarenakan urusan mengenai masalah ini harus melibatkan sekretaris jurusan. Jadi paling lambat masalah saya ini akan clear pada minggu depan, setelah beliau pulang dari luar kota nanti.
Dalam percakapan ini juga, masalah saya dengan dosen pembimbing utama (PU) sempat juga kupertanyakan mengenai rencana penggantian Dosen PU, karena sedikit menghambat proses perjalanan skripsiku ini. Beberapa kendala kusampaikan kepada ketua jurusan, dan sesuai dengan tebakanku, beliau menjawab dengan nada rendah , “kita sebenarnya tidak senang ada mahasiswa yang diperlama dalam penyelesaian skripsi. Tapi karena kondisi beliau sedang sakit, kita juga tidak bisa langsung main ganti saja. Kecuali sudah ada persetujuan dari beliau untuk digantikkan. Karena penentuan dosen yang menjadi pembimbing skripsi itu melalui suatu keputusan rapat dosen. Jadi kamu temui saja bapak itu, dan konsultasikan supaya beliau hadir ke kampus”, demikian penjelasan ketua jurusan kepadaku.
Setelah selesai konsultasi, aku pun meninggalkan ruangan ketua jurusan tersebut. Dan kembali keluar gedung menemui beberapa temanku yang juga sudah menduduki semester tingkat dewa ini, lalu pulang menuju kos-kosan.
Kondisi pikiranku sedikit kacau dan penuh dengan kemarahan. Seharian hanya tergeletak diatas tempat tidur sambil sesekali berhayal atas permasalahan ini. Ntah sampai dimana nanti ujung permasalahanku ini, kuyakin pasti ada jalan. Semoga Saja…….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H