"Hari ini bagi rapotkan?," tanya mama, "Iya ma, hari ini bagi rapot," jawab saya.
"Kata Ibu Ana, orang tua murid harus datang ketika pembagian rapot. Mama datang yaa," kata saya, "Ohh iya. Mama ke pasar dulu sebentar, terus baru kesekolah," timbal mama.
Setelah percakapan itu, saya berangkat kesekolah.
Tidak ada kekhawatiran soal nilai rapot, selama ini, saya rajin sekolah, datang diawal waktu, baju dimasukan, rambut disisir, kaos kaki seperti biasa, koas putih dari senin sampai jumat, dan koas hitam di hari sabtu.
Saya gagah saja, melangkah menuju gerbang sekolah, dan sedikit sombong saat ke kelas, jiwa saya berujar, "Rangking satu pasti saya,".
Doa saya ternyata nggak terkabul. Sekitar jam 10 pagi, mama datang ke kelas saya.
Mama fokus mendengar nama-nama yang disebutkan Ibu Ana (wali kelas), ketika nama saya disebutkan, mama terkejut, nama anaknya ada di rangking 30 dari 40 siswa.
Mama maju mengambil rapot saya, pamit dengan Ibu Ana terus pulang. Saya? Hehe, ditinggal mama.
Saat saya mau pulang, teman saya yang rangking satu dapat hadiah, Ibu Ana memuji begini, "Pintar sekali naak. Semangat belajarnya yaa. Belajarnya harus tetap rajin,".
Setelah mendengar pujian Ibu Ana, saya langsung membayangkan kalau yang rangking satu adalah Ridho.
Tapi, impian rangking satu sangat jauh, boro-boro juara, pulang dari sini saya habis nih. Hadeeeh.