Mohon tunggu...
Rid Rachman
Rid Rachman Mohon Tunggu... -

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Capres-Cawapres, JK Tidak Paham Etika Politik

13 Juni 2014   17:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:54 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja kita menyaksikan debat perdana Caprers-Cawapres yang diselenggarakan oleh KPU. Acara ini sudah lama dinanti oleh hampir seluruh rakyat Indonesia, “Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih, dan Kapastian Hukum,” itulah tema debatnya.

Ajang ini adalah ajang dimana banyak rakyat berharap adanya penyampaian-penyampaian penting yang disampaikan sehingga ini menjadi penilaian individual rakyat untuk dapat mengambil keputusan yang dianggap lebih tepat, tepat dalam memahami program-program, tepat dalam menilai pribadi anggun yang dimiliki oleh para calon pemimpin yang pada giliriannya membuat pilihan yang tanpa ada lagi keraguan.

Calon presiden-wakil presiden adalah satu paket yang bertanggungjawab pada apa yang diperbuat baik dari mulai pncalonan hingga pada masa terpilih sebagai nakhoda bangsa. Ironisnya berhasil dan tidak adalah merupakan getah bersama bila kelak disalahkan. Mungkin seperti itulah yang menjadi pandangan kita akan sosok-sosok pemimpin bangsa.

Kita harus akui kalau dalam debat penyampaian berbagai program kedepan ada saja yang kurang dari kedua bela pihak. Ada saja yang belum bisa memenuhi sebagaimana jawaban konkrit apa yang  kita inginkan, ada saja yang belum dapat memuaskan batin kita akan visi misi yang selama ini masi dalam bungkusan kertas.

Dalam kapasitas seperti ini kita tidak bisa pungkiri bahwa semua yang dihasilkan dari Capres-Cawapres pertama dimalam ini adalah hal manusiawi yang dimiliki oleh para kandidat. Harapannya adalah kesan yang baik berdasarkan konseptual untuk menarik perhatian rakyat tanpa adanya sikut injak. Yaa.. seperti itulah kita inginkan.

Lalu bagaimana jika yang menjadi persoalan pada sebuah debat adalah atraksi tingkat kepribadian kandidat? Etika debat, etika berpolitik adalah mutlak untuk menunjukan kualitas pribadi seseorang yang akan diterima oleh rakyat dan kemudian menjadi bagian dari rakyat.

JK, ia adalah salah satu anak bangsa yang pernah menjadi kebanggaan. Sayang sekali akhir-akhir ini ia pun telah banyak menunjukan kebobrokan prilakunya yang sesungguhnya. Malam debat itu untuk kesekian kali JK menjadi orang yang suka menambrak argumen sendiri. Bagaimana tidak kalau kemarin Video dengan durasi 6 menit dimana JK mengobrak abrik kualitas Jokowi, namun kemudian menelan semua perkataannya dengan bersedia menjadi wakil presiden Jokowi orang yang telah kena acak-acakan stagmen JK. Dan malam itu satu lagi kesalahan JK dan sanggup membuat mual banyak orang dengan standar ganda yang membingungkan.

Bagaimana mungkin JK bisa melakukan pertanyaan seperti itu bila dia dianggap sebagai anak bangsa yang baik? Orang tua yang tidak paham betul dimana meletakan etika politik sebagai calon Wakil Presiden. Sementara hal yang sangat penting dan sangat mendasar untuk menjadi calon pemimpin bangsa yang baik adalah sifat prilaku.

Kalau malam ini JK bertanya dengan menyerang sisi pribadi lawan debat Prabowo dengan kasus HAM “bagaimana cara menyelesaikan” harusnya disaat JK menjadi wakil presiden 9 tahun yang lalu JK lah yang menuntaskannya bila dia mengklaim sebagai pejuang HAM. Harusnya hal seperti ini sudah menjadi keharusan JK dikala itu untuk menuntaskan bila masih berani mengatakan diri bagian dari penegak hukum yang bersih? Bukan menjadi “penyerang yang baik”  yang menyerang sisi pribadi orang lain tanpa bisa melakukan penegakan hukum disaat dia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Dalam posisi lupa seperti ini JK juga mampu menginjak-injak moralitas dirinya yang baru saja disaksikan oleh jutaan rakyat Indonesia sehingga menambah daftar merah paket Jokowi-JK. JK telah menunjukan siapa dirinya yang sesungguhnya, dia telah menunjukan kalau dirinya bukan panutan yang baik untuk sekian banyak anak bangsa disini. Tanpa memiliki modal etika politik yang memadai, maka JK telah mempersilahkan cercaan, kekehan (ketawa), dan mungkin saja makian dari banyak rakyat sebab rakyat sangat tidak menyukai cara sikut menyikut, rakyat telah bosan dengan sikap hitam seperti ini. JK menjadikan dirinya bukan refresentatif dari apa yang selama ini dikoar-koarkan oleh kebanyakan orang akan slogan “merakyat.” Kenapa demikian? Karena merakyat adalah mencintai dan menghormati siapa saja tanpa memandang bulu dengan mengedepankan etika diri bukan menyerang sisi pribadi orang lain di depan umum yang bukan menjadi bagian yang diharapkan rakyat.

Sayang sekali JK lupa kalau berdebat seperti ini kemudian menyerang sisi pribadi lawan debat adalah sebuah jawaban ketidakmampuan diri sendiri. Hebatnya, apa yang baru saja dilakukan oleh JK sudah membuat hampir seluruh rakyat Indonesia percaya bahwa Prabowo bukanlah orang yang bersalah dalam kasus tersebut dengan apa yang telah dijelaskan oleh Prabowo Subianto. Itulah pribadi JK, orang yang selalu membingungkan, orang yang selalu menyerang yang dianggap senjata melumpuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun