Indonesia memiliki visi besar untuk mencapai swasembada pangan, guna memastikan ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi nasional. Namun, upaya ini menghadapi tantangan berat, seperti penurunan produktivitas akibat alih fungsi lahan, perubahan iklim, dan keterbatasan teknologi yang digunakan oleh petani. Untuk menjawab tantangan tersebut, digitalisasi sektor pertanian menjadi langkah strategis yang harus segera dilakukan guna meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan.
Salah satu teknologi yang dapat diadopsi adalah remote sensing, yang mampu memantau kondisi lahan secara real-time melalui satelit dan drone. Teknologi ini dapat memberikan data penting seperti tingkat kelembapan tanah, potensi banjir, hingga perkiraan hasil panen. Informasi tersebut memungkinkan petani dan pemerintah mengambil langkah antisipatif, seperti penggunaan irigasi presisi atau diversifikasi tanaman, sehingga risiko gagal panen dapat diminimalkan. Dengan penerapan teknologi ini, pengelolaan lahan menjadi lebih efektif dan produktivitas pertanian dapat ditingkatkan.
Selain itu, digitalisasi dapat didukung oleh kolaborasi berbagai pihak, termasuk keterlibatan surveyor milik negara untuk mengumpulkan dan memverifikasi data lapangan secara akurat. Data ini sangat penting dalam membantu pemerintah menyusun kebijakan yang lebih tepat sasaran, baik untuk pengelolaan sumber daya maupun untuk peningkatan hasil pertanian. Kehadiran teknologi memungkinkan proses pengambilan keputusan menjadi lebih berbasis data, sehingga hambatan dalam sektor pertanian dapat diatasi secara lebih sistematis.
Pemerintah juga dapat mendorong adopsi teknologi Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan lahan. Sensor IoT yang dipasang di area pertanian dapat memonitor berbagai aspek lingkungan, seperti kadar pH tanah, curah hujan, dan suhu udara. Data ini, yang diintegrasikan melalui aplikasi digital, membantu petani mengambil keputusan yang lebih akurat, misalnya menentukan waktu tanam atau pemupukan yang optimal. Dengan demikian, sumber daya dapat digunakan secara lebih efisien dan produktivitas dapat meningkat.
Selain teknologi di lapangan, digitalisasi juga dapat memperkuat akses pasar bagi petani melalui platform digital. Dengan memanfaatkan e-commerce khusus agribisnis, petani dapat menjual hasil panen langsung kepada konsumen atau distributor tanpa peran tengkulak. Hal ini tidak hanya meningkatkan margin keuntungan petani, tetapi juga menciptakan transparansi harga dan memastikan stabilitas pasokan pangan di pasar. Pemanfaatan teknologi ini membuka peluang bagi petani kecil untuk bersaing di pasar yang lebih luas.
Namun, upaya digitalisasi tidak lepas dari tantangan regenerasi petani di Indonesia. Hasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa 23,3% petani Indonesia berusia 55-64 tahun, dan proporsi petani berusia 65 tahun ke atas meningkat dari 12,75% pada 2013 menjadi 16,15% pada 2023. Kondisi ini menunjukkan fenomena aging farmer atau penuaan petani yang diperburuk oleh rendahnya tingkat pendidikan, di mana sebagian besar petani hanya lulusan SD atau bahkan tidak tamat SD. Rendahnya literasi digital pada kelompok usia ini menjadi hambatan dalam adopsi teknologi modern.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, pemerintah perlu menyertakan program pelatihan inklusif yang dirancang khusus untuk petani lanjut usia. Pelatihan ini dapat berupa aplikasi sederhana atau tutorial berbasis video yang memperkenalkan penggunaan teknologi digital dalam aktivitas pertanian. Selain itu, pendekatan yang melibatkan generasi muda sebagai pendamping dalam proses digitalisasi dapat mempercepat adaptasi teknologi di kalangan petani yang lebih tua.
Dengan langkah-langkah strategis yang terintegrasi, digitalisasi sektor pertanian tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjawab tantangan regenerasi petani dan keberlanjutan pangan. Teknologi modern menjadi kunci dalam mendukung pencapaian swasembada pangan, menjadikan Indonesia lebih siap menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H