SMAN 1 Latambaga Gelar BimBimbingan Penyuluhan Dampak Seks Pra Nikah, Pencegahan HIV/AIDSÂ dan Pengaruh Kejiwaan Bagi Remaja
Peran orang tua harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak untuk memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan lingkungaanya. Serta memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas. Orang tua harus terus mengawasi dan mengontrol perkembangan perilaku remaja.
Demikian sambutan Ridwan Demmatadju, SPd Wakil Kepala SMAN 1 Latambaga pada pembukaan Bimbingan Penyuluhan Tentang Dampak Seks Pra nikah, pencegahan HIV/AIDS dan Pengaruh Kejiwaan Dalam Kehidupan Remaja yang diselenggarakan, Jumat (28/11) di Aula SMAN 1 Latambaga.
Menurutnya upaya pemberian informasi mengenai masalah reproduksi bagi remaja, khususnya di  SMAN 1 Latambaga sangat penting diberikan kepada seluruh siswa agar mereka mudah memahami dampaknya serta menjadi pengetahuan tambahan untuk menjalani kehidupan remaja yang penuh gejolak emosional.
Pada kegiatan  yang diiukuti seluruh siswa-siswi SMAN 1 Latambaga ini, Kepala Puskesmas Kecamatan Wundulako, dr. Muhammad Aris menjadi pembicara kunci yang menjelaskan secara tuntas tentang organ reproduksi dan tumbuh kembang remaja, serta penyelesaian masalah yang dihadapi kaum remaja.
Dalam pemaparan materinya yang terkait dengan seks pra nikah ini, dari sisi kesehatan, perilaku seks pranikah bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
“Seks bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS), terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang salah disaat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks,’’ ujarnya.
Untuk mencegah kaum remaja melakukan seks pra nikah, ia menambahkan cara pencegahannya dengan penanaman moral dan budi pekerti yang baik sejak dini.Pada usia remaja biasanya anak mulai tertarik dengan lawan jenis, hal ini akan memicu terjadinya seks bebas apabila tidak adanya kasih sayang, perhatian dan pengawasan dari orang tua, sebagai orang tua yang bijak hendaknya mengontrol dan sering berkomunikasi dengan anak agar anak lebih terbuka terhadpap semua hal.Adanya pendidikan seksualitas sesuai dengan umur anak dan menjelaskan dampak negatif dari seks pra nikah. jangan terlalu keras terhadap anak, karena andalah yang membangun watak anak anda, apabila anda mendidik dengan cara yang keras makan anak anda akan menjadi pembangkang dan tidak mau mendengarkan ucapan orang tua. (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H