Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekedar untuk Menghancurkan KPK, BG dan BH Main Kucing-Kucingan

20 Februari 2015   18:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="FATHUR ROCHMAN (kompas.com)"][/caption]

Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Jenderal Polisi Badrodin Haiti, di PTIK, Jakarta, Selasa (9/12/2014).

Main kucing-kucingan adalah permainan anak kecil jaman dulu. Anak sekarang tidak akan mengenal permainan tersebut. Anak sekarang lebih menyukai permainan berbau tekhnologi, semcam PS atau game-game yang lain di komputer. Permainan anak sekarang berdampak buruk terhadap perkembangan anak. Anak sekarang jadi lebih egois dibandingkan dengan anak-anak jaman dulu. Ditinjau dari sisi kreatifitas, anak jaman dulu lebih kreatif dibanding dari anak sekarang. Dan yang paling menonjol dari anak-anak jaman dulu adalah sikap-sikap solidaritas berkawan lebih erat.

BG dan BH adalah dua sosok produk anak jaman dulu. Keduanya mereka memanfaatkan celah memori manisnya pengalaman masa anak-anaknya di kampung halamannya masing-masing. Mereka dipertemukan dalam satu institusi yang namanya kepolisian. BH satu rating diatas BG. Prestasi lain yang tak dimiliki BG, bahwa BH adalah lulusan terbaik akpol 1982.

Terkait dengan kasus konflik Kapolri vs KPK, keduanya saling tidak menunjukan siapa yang lebih mampu atau lebih senior. Justru mereka kompak dalam mengatasi permasalahan dengan menggunakan model atau cara bermain mereka kucing-kucingan ketika mereka waktu kecil. Tujuannya jelas bagaimana melemahkan KPK agar tak terkesan dilumpuhkan.

Cara yang pertama digunakan ketika BH meminta BG mengundurkan diri dari pencalonan kapolri paska hampir dua minggu konflik KPK vs Polri makin memuakan, karena konflik tersebut  pada ujungnya merusak legitimasi Jokowi. BG yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, bukan jenderal coro yang begitu mudah goyah harus mundur, selain memang tidak ada aturan atau tradisi pejabat kapolri harus mundur bila ditetapkan sebagai tersangka. Berpegang pada alasan tersebut BG menolak tawaran BH untuk mundur.

Badrodin hanya mengatakan bahwa Budi menolak dan menunggu putusan praperadilan. Permintaan Badrodin didasarkan pada hasil komunikasinya dengan presiden. (kompas,com. 19/02/2015)

Cara yang kedua, justru sebaliknya permintaan datang dari BG yang meminta BH untuk menggantikan posisinya. Hal tersebut tanpa sepengetahuan BH. Pengakuan tersebut malah terungkap justru dari pengacara BG. Eggi Sujana.

"Budi Gunawan yang mengusulkan Badrodin. Jadi sudah pasti Pak Budi setuju," ujar Eggi di kompleks Mabes Polri, Rabu (18/2/2015) malam.

Kalau benar telah terjadi permainan kucing-kucingan antara BG dan BH, maka dipastikan BG dan BH telah berkompromi dalam memainkan peran masing-masing. Kompromi tersebut jelas sepengetahuan Jokowi. BH pura-pura tidak tahu, bahwa dia diusulkan jadi cakapolri atas usulan BG. Padahal sebenarnya dia tahu, bahkan diketahui oleh Jokowi sendiri. Kalau dilihat dari dua runut alasan yang menjadi permasalahannya.

Bagi BG jelas tidak menjadi kapolri bukan jadi tujuan lagi. Tujuan utamanya jelas menghancurkan KPK pimpinan BW dan AS. Dari balik layar BH tersenyum mendukung, pun demikian dengan Jokowi. Maka dipilihlah pimpinan KPK berlatar belakang Kapolri. Pada akhirnya BG lolos selamanya dari jerat KPK. Sementara BW dan AS terkubur di lubang galian sendiri. Kata BW ada grand design proses penghancuran KPK jilid 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun