Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Naik atau Turunnya Harga Barang dan Angkutan Umum Tergantung Karakter

19 Januari 2015   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:48 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Photo : JPNN

Harga BBM  turun  per 19 Januari 2015.  Premium turun dari Rp 7.600/liter menjadi Rp 6.600/liter dan harga Solar juga turun dari Rp 7.250/liter menjadi Rp 6.400/liter. Penurunan harga BBM terjadi untuk yang kedua kalinya. Penurunan terjadi disebabkan harga minyak dunia anjlok. Masyarakat berharap harga BBM stabil pada posisi sekarang ini.

Harapan masyarakat akan harga BBM menunjukan rasa puas. Akan tetapi tingkat kepuasan masyarakat tidak diikuti oleh kepuasan yang lain. Pasalnya harga-harga sembako tetap mahal, dan ongkos angkutan umum tidak turun juga. Jadi akhirnya, kepuasaan masyarakat itu terbatas pada kepuasan mereka menggunakan BBM untuk kendaraan pribadinya, bukan pada efek harga murah BBM dapat mempengaruhi harga murah kebutuhan pokok dan penurunan ongkos angkutan umum.

KOMPAS.com/ Ahmad Winarno Andre (37), warga Jalan Halmahera, Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Jember Jawa Timur, menggelar aksi tunggal, menolak kebijakan turunnya harga BBM, Jumat (16/1/2015).

Penurunan harga BBM yang tidak diikuti dengan  turunnya harga kebutuhan pokok telah memberi pelajaran karakter untuk bangsa ini. Pelajaran karakter yang diperoleh dari prilaku sebagian masyarakat kita, adalah kecenderungan masyarakat kita sangat trampil dalam urusan penjumlahan, tetapi belaga pilon untuk urusan pengurangan. Bahkan dalam hal penjumlahan, acapkali diikuti dengan perkalian, berbeda dengan pengurangan, mereka cenderung menghindari pembagian.

Tengok saja pada saat kenaikan BBM beberapa waktu lalu. BBM yang cuma naik Rp. 2000,-. Ternyata praktek di lapangan disulap harganya menjadi dua kali lipat. Supir angkot menaikan ongkos lebih dari Rp. 2000. Itu terjadi sebelum diumumkan ongkos resmi oleh pemerintah daerah setempat, setelah di umumkan mereka menambah lagi Rp. 1000. Praktek-praktek model begini sudah membudaya di kalangan masyarakat di negeri ini, maka tidak usah heran bilamana harga-harga kebutuhan pokok melonjak naik berlipat-lipat paska kenaikan BBM.

Tetapi hal itu sama sekali tidak terjadi ketika harga BBM turun. Tak usah bicara pembagian, sekedar untuk menurunkan ongkos, paling kecil misalnya Rp. 500 sulitnya minta ampun. Bilamana mereka sadar, tentunya akan meringankan tugas pemerintah, karena tak perlu repot-repot membujuk para distibutor barang dan pengusaha angkutan agar mau menurunkan harga dan ongkos.

Ada-ada saja cara mereka memberi alasan ketika diminta menurunkan harga dan ongkos. Distributor barang memberi alasan kendala cuaca sebagai faktor tidak segera menurunkan harga barang, sementara para pengusaha angkutan memberi alasan, yakni adanya  biaya suku cadang yang naik karena melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Harga komponen atau suku cadang juga tidak turun, barang kebutuhan hidup sudah terlanjur naik. Itu menjadi salah satu item yang harus diperhatikan juga," kata Agus Adriyanto, Ketua Organda DIY (detik. 19/1/2015).

Kalau memang benar itu yang menjadi penyebabnya, Kenapa ketika mereka menaikan ongkos, alasan yang dipakai Kenaikan BBM, bukan kenaikan suku cadang akibat melemahnya rupiah. Ada seribu alasan yang dipakai oleh distributor dan pengusaha angkutan untuk tidak menurunkan harga dan ongkos. Penulis sendiri lebih menilai permasalahan itu terjadi karena masalah karakter. Karakter  yang selalu ingin untung dan mau menang sendiri tanpa memperhatikan kesulitan masyarakat lainnya yang senasib dan sepenanggungan, sudah menjadi karakter bangsa ini. Suka atau tidak suka atas pernyataan penulis, kenyataan di lapangan masih terjadi demikian. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun