Joe Hart dan Inzet ; Guardiola
Joe Hart masih jadi yang terbaik, sebelum kedatangan Guardiola ke Manchester City. Dimana The Citizen bermain, Joe Hart lah yang menjadi andalan di depan gawang. Penjaga gawang ke dua Willy Cabalero yang didatangkan dari Malaga, hampir pasti jarang dipakai. Manuel Pellegrini, pelatih the Citizen sebelum Guardiola lebih mempercayakan Joe Hart sebagai penjaga gawang untuk pertandingan-pertandingan internasional yang sifatnya resmi, daripada memakai kiper kedua, atau ketiga.Â
Setelah Manuel Pellegrini hengkang, dan Guardiola datang, Joe Hart pun ditendang jadi kiper utama. Guardiola menempatkan Joe Hart bukan sebagai kiper utama lagi, apalagi setelah kedatangan Claudio Bravo, Guardiola makin mempersempit kesempatan Joe Hart masuk ke skuad utama. Dan memang benar adanya Joe Hart ditempatkan sebagai kiper ketiga. Tentu saja, Joe Hart protes. Menjadi kiper ketiga, tidak terpikir olehnya, artinya akan semakin banyak Joe Hart menganggur, dan berujung pada makin tidak produktifnya dia di lapangan. Ancamannya jelas, bisa-bisa posisi Joe Hart sebagai kiper utama timnas Inggris, bila lolos, bisa diganti kiper lain pada piala dunia 2018 di Rusia. Joe Hart percaya produktivitas di klub bisa mempengaruhi penilaian pelatih timnas.
Sayangnya Guardiola tidak memahami dengan keyakinan Joe Hart, bahkan dia sama sekali tak peduli dengan masalah yang menimpa dirinya. Berdebat pun akan menjadi sia-sia, karena pada akhirnya manajemen klub menyerahkan semua permasalahan dirinya sudah menjadi urusan pelatihnya. Joe Hart merasa telah menjadi korban dengan kehadiran Guardiola di Manchester City. Joe Hart tak menyangka apa yang dialami Ibrahimovic sewaktu disia-siakan Guardiola di Barcelona terulang, menimpa dirinya.Â
Melanjutkan karir di Manchester City sudah tidak mungkin lagi selama Guardiola menjadi pelatihnya. Selamanya dia akan jadi kambing congek. Satu-satunya jalan adalah keluar dari Manchester City. Keluar dari Manchester City adalah pilihan berat, karena bersama Manchester City, Joe Hart sudah meraih banyak trophy mulai dari piala FA, Liga Inggris, hingga yang terakhir the Capital One Cup. Tetapi hanya itu satu-satu jalan untuk lepas dari cengkraman Guardiola, tidak ada pilihan lain.Â
Jalan tengah telah diambil, Joe Hart tidak dijual, tetapi dipinjamkan ke salah satu klub Serie A Italia, Torino. Torino bukanlah tim impiannya, sebab di Torino,kesempatan Joe Hart bermain di Liga Champions musnah sudah. Di Torino, Joe Hart lebih banyak bermain di tingkat klub. Sudah pasti kerugiannya makin jarangnya pemberitaannya tentang dirinya di media-media Internasional. Pada akhirnya, Joe Hart realistis berpikir, lebih baik bermain di Torino, dengan lebih banyak kesempatan bermain, daripada bermain di Manchester City hanya sekedar pelapis kiper utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H