Indonesian Muslim women who wear a headscarf but also fitted jeans and tops are sometimes referred to as jilboobs or jilbabes. Pic: Courtesy Asia Sentinel
Eh, Â ternyata latah itu tidak hanya terjadi di dunia nyata lho, di dunia maya seperti kompasiana ini ada juga yang kena sindrom latah. Salah satu dari sekian latahics (pecandu latah) yang ada di kompasioner adalah aku. Tentu saja, yang bikin aku jadi latahics, yakni keinginan yang tak dapat dikendalikan untuk menulis tentang tema yang menjadi tren sekarang ini. Tema yang ada hubungannya dengan dunia kewanitaan, yakni tentang jilboobs dengan segala problematikanya. Menulis tentang Jilboobs tuh, tidak harus paham dengan urusan kewanitaan. Kita tinggal menambah referensinya untuk menambahkan informasi yang sudah ada.
Dari hasil pelbagai referensi yang aku baca di beberapa tulisan kompasioner bahwa secara etimology bahwa jilboobs itu adalah kombinasi dari kata jilbab dan boobs. Jilbab artinya kain yang menutup kepala. Dalam Al-qur,an, Surat Al-ahzab, 59. di sebutkan hendaknya perempuan berjilbab.
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu serta istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Yang demikian itu supaya mereka lebih di kenal, karena itu mereka tidak di ganggu" (QS Al-Ahzab ayat 59)
kemudian dipertegas dengan Surat An-nur , 31.
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya dan menutup kain kerudung ke dadanya. Janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka tau ayah mereka, atau ayah suami mereka atau anak-anak mereka." (QS. An-Nur : ayat 31)
Sedangkan boobs diambil dari bahasa Inggris slank yang artinya payudara. Ketika kata itu disambungkan menjadi jilboobs menciptakan arti baru yakni perempuan yang memakai jilbab tapi berbaju ketat dan seksi dengan menonjolkan dadanya.
Jilboobs itu adalah budaya Arab jaman baheula sebelum Islam masuk, dan sekarang roh-roh jilboobs masih nampak melalui pakaian-pakaian yang dikenakan oleh para penari perut. Di era modern seperti sekarang ini jilboobs telah merasuk dan merusak patron yang sudah digariskan oleh Al-quran dengan ikut menyamar mentasbihkan pakaian wanita muslim.
ts4.mm.bing.net
Terlepas dari salah kaprahnya penggunaan jilboobs, bagaimanapun jilboobs telah menjadi sesuatu yang asyik untuk diperhatikan, apalagi sekarang telah menjadi tren bagi masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya faktor jual beli di dalamnya. Yang menjual ada di pihak wanita, sementara yang membelinya adalah pria. Baik pria dan wanita terlibat dari proses jual beli tersebut. Jangan berpikir ngeres dulu. Bahwa yang dimaksud dijual oleh perempuan itu adalah daya pikat (sex appeal) yang ditampilkannya dengan tetap berdalih menutup aurat. Apa yang diharapkan oleh Jilboobers, adalah ;
- Karena ingin tetap seksi meski sudah berjilbab;
- Karena ingin tetap menjadi pusat perhatian dari lawan jenis;
- Karena tuntutan pekerjaan yang diharuskan untuk tetap tampil seksi meski sudah berjilbab.
Hal itu bertolak belakang dengan orang yang memakai jilbab, mereka mengharapkan;
- Karena perintah agama;
- Karena menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya;
- Karena bukan tuntutan pekerjaan.
Sementara yang dibeli oleh seorang pria pada para jilboobers, yakni daya pikat (sex appeal) yang menantang. Tentu saja, tidak ada perbedaan antara jilboobers dengan non-jilboobers, karena dua-duanya saling menonjolkan aurat malunya. Namun demikian, para pria pemerhati jilboobers mencibir sikap dan penampilan jilboobers. Tos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H