Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jakarta Nan Sakit

3 Desember 2014   18:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang terlintas dalam pikiran orang dewasa tentang Jakarta? Jawabannya pasti nyaris sama mengatakan Jakarta itu panas, banjir, dan macet.

Jakarta itu panas karena posisi Jakarta ada di pinggir pantai. Umumnya kota-kota  di pinggir pantai di daerah tropis mengalami cuaca panas. Bukan hanya Jakarta saja, kota kecil seperti Purworejo di selatan Jawa Tengah mengalami nasib serupa. Hukum alam yang tak dapat dirubah oleh manusia. Tambahan Kelebihan panas di Jakarta datang dari polusi udara yang dihasilkan oleh asap kendaraan yang hilir-mudik memenuhi langit Jakarta. Bayangkan saja sekitar 8 juta kendaraan bermotor dari dalam dan luar Jakarta berpacu mengeluarkan asap hingga memenuhi jelaga Jakarta. Tak ayal lagi Jakarta kian panas dibandingkan dengan kota-kota lainnya.

Jakarta itu banjir karena secara alam posisi Jakarta ada di dataran rendah kota-kota di Jawa Barat, di lihat dari satelit, Jakarta adalah periuk air dari limpahan air lereng gunung Salak dan Pangrango. Maka tak usah heran Jakarta kerap banjir. Banjir di Jakarta bukan persoalan baru, sejak jaman Belanda pun Jakarta pernah mengalami banjir. Banjir dalam rentang waktu 5 tahun terakhir ini terasa lebih istimewa dibanding jaman Belanda pasalnya , setiap kali hujan deras Jakarta. Warga Jakarta, terutama yang tinggal di kampung pulo mengadakan pesta pilu ritual tahunan banjir.

Jakarta itu macet adalah wajar kota besar, tetapi alangkah tidak wajar dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Meski sama menyandang sama sebagai kota besar tetapi tidak menghadapi persoalan macet serumit yang dialami Jakarta. Pelbagai program kegiatan dalam upaya mengatasi kemacetan di Jakarta berhasil masuk arsip tetapi praktek di lapangan Jakarta tetap saja macet. Ada sindiran bagi orang-orang yang di luar Jakarta, bahwa untuk menjadikan wajah tua sangat gampang. Tinggal dan bekerjalah di Jakarta, tiap hari bermain-main dengan kemacetan Jakarta dijamin wajah akan cepat berubah.

Jakarta yang saat ini dipimpin oleh Ahok mengalami panas, banjir, dan macet bukan saja urusan alam dan lingkungan tetapi juga ada kaitan dengan urusan politik.

Jakarta saat ini mengalami panas, akibat suhu politik kian meruncing antara Ahok sebagai gubernur beneran melawan Fakhruroji sebagai gubernur tandingan. Masing-masing kelompok menyatakan diri yang paling benar diantara yang lain. Suhu panas politik diatas merembes suhu panas politik dibawah akibatnya timbul konflik sektarian diantara kelompok masyarakat.

Jakarta saat ini mengalami banjir. Banjir air mata dan keprihatinan. Mau dibawa kemana Jakarta ini? Apakah mau dibawa Ahok yang tegas dan resmi tetapi kasar dan rasis terhadap pada kelompok tertentu, atau mau dibawa oleh Fakhruroji yang ilegal dimata pemerintah, tetapi mengklaim dapat dukungan oleh sebagian kelompok masyarakat. Lagi-lagi rakyat mengalami banjir keprihatinan akan nasib Jakarta.

Jakarta saat ini mengalami macet. Sudah pasti macet Jakarta tidak hanya disebabkan oleh hilir-mudiknya kendaraan, tetapi juga oleh bermacam aneka kegiatan dari yang pro dan anti Ahok atau pun Fakhruroji. Boleh jadi kegiatan mereka dapat menggangu aktivitas masyarakat.

Saat ini Jakarta mengalami kesakitan yang cukup menyakitkan, baik dari situasi alam yang sudah tidak ramah lagi, maupun dari kegiatan kemanusian yang jauh dari peradaban. Jakarta nan sakit sudah tak berdaya menghadapi masa depan jika situasi sekarang belum menemukan obatnya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun