(sumber photo : Republika)
Munas Golkar Tandingan.
Keinginan Agung Laksono agar partai Golkar keluar dari Koalisi Merah Putih akhirnya terlampiaskan paska dia didapuk jadi Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Jakarta, selain itu keluar dari KMP, Agung pun segera menegaskan dukungan yang penuh terhadap pemerintah Jokowi-JK.
"Munas ini berkehendak untuk tidak lagi di KMP. Kami mendukung Pemerintah Jokowi-JK," katanya menegaskan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utar, Senin (ROL, 8/12) dini hari. Pernyataan Agung seolah-olah melegitimasi asumsi bahwa keberadaan KMP adalah hal yang sangat berbahaya karena akan mengganggu bagi jalannya roda pemerintahan Jokowi-JK. Maka sebagai langkah awal agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan untuk pemerintah Jokowi-JK, yakni mengeluarkan partai Golkar dari KMP. Dengan demikian kekuatan KMP lemah. KMP lemah memberi pengaruh positif untuk pemerintahan  Jokowi-JK.
Pernyataan Agung justru dapat berbahaya bagi pemerintahan Jokowi-JK daripada KMP itu sendiri. KMP sudah jelas ada di luar pemerintah. Fungsinya akan mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintah. Kalau kebijakan Jokowi-JK pro rakyat adalah KMP akan jelas mendukungnya, namun sebaliknya bila jalannya pemerintah melanggar dari aturan dan cenderung merugikan rakyat maka KMP lah wajib mengkritisinya. Apakah kritik tersebut bisa membangun atau tidak dapat dilihat seberapa jauh dampak terhadap persoalan masyarakat.
Sedangkan Agung sendiri menyatakan sikap abu-abu. Ilmu bunglon yang dipelajari oleh komplotan Agung Cs. Biasanya bunglon menipu lawan mengikuti warna lingkungannya. Saat dia terjepit karena bakal diancam oleh musuh, dia mencari suasana alam yang berbeda dan tidak diketahui oleh musuhnya. Â Begitulah yang akan dipraktekan oleh Agung Cs dengan Golkar tandingannya. Agung ingin meniru apa yang dilakukan oleh demokrat yang mengaku dirinya sebagai penyeimbang atau mitra. Kata penyeimbang atau mitra adalah bahasa keraguan dalam politik. Dalam dunia demokrasi dimana pun tidak dikenal dengan penyeimbang dan mitra. Bedanya Demokrat cenderung memihak KMP, walaupun belakangan sikap demokrat mulai terganggu dengan rekomendasi Perppu yang digalang Golkar versi Ical.
"Kami mendukung pemerintah Jokowi-JK. Kami dalam posisi sebagai mitra yang kritis. Tidak masuk KIH," ucapnya. Sementara Golkar versi Agung cenderung berpura-pura jadi bunglon mencari kesempatan yang ada. Jika pemerintah Jokowi-JK dia akan dukung, kalau salah dia kritisi, tetapi saat diminta keluar dari dukungan koalisi, dia menolak dan beralasan bahwa apa yang dia lakukan demi kepentingan Jokowi-JK.
Bukanlah sesuatu yang asing untuk Golkar saja. Selama 10 tahun pemerintah SBY tersandera oleh koalisi yang tergabung pada Sesgab. Saat itu PKS dan Golkar justru malah mengkritik kebijakan SBY, termasuk perihal kenaikan BBM. Dan ini yang akan dipertahankan oleh Agung Cs dengan kemasan yang lebih modern lagi. Salah satu kemodernan yang ditawar Ketua Umum Kosgoro 1957  adalah pembubaran  koalisi-koalisi Parpol warisan masa Pilpres KMP dan KIH. KMP dan KIH dianggap penghambat jalannya parlemen untuk bekerja maksimal.
"Bahkan kami punya pandangan sebaiknya, sudahlah ngga usah koalisi-koalisian lagi. Biarin aja, supaya satu DPR. Parlemen yang tugas-tugasnya tiga, mengawasi pemerintah, budget, dan membuat undang-undang, itu saja," katanya. Jokowi harus mewaspadai sikap Agung daripada Ical. Sikap Agung adalah sikap bermuka dua dan bermain dua kaki. Di satu pihak, Agung bisa saja ikut pemerintahan Jokowi-JK, namun disisi lain Agung ikut menggerogoti pemerintahan Jokowi-JK. Dalam hal ini, Jokowi mesti belajar dari apa yang dialami oleh SBY.
Sekalipun Ical ada di luar pemerintahan akan lebih baik daripada Agung yang ingin merapatkan diri di pemerintah, karena Ical dan KMP jelas terlihat sebagai musuh yang harus diwaspadai, maka segala gerakan dan manuver dari KMP dapat diantisipasi dan diawasi dengan baik, sedangkan gerakan dan manuver yang diperlihatkan oleh Agung tidak akan nampak nyata oleh Jokowi-JK, dia bisa menyusup menggerogoti ke arena Jokowi-JK.