www.indonesianewsonline.com
Ada yang luar biasa dari proses pergantian pimpinan di negeri ini. Tidak dilihat dari kinerjanya, karena baik SBY maupun Jokowi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan tentunya, kita sepakat memiliki perbedaan cara pandang terhadap sosok kedua tokoh ini. Sudah bukan waktunya lagi kita menilai SBY lebih baik dari Jokowi atau sebaliknya, yang terpenting saat ini, yakni menyatukan keinginan yang sama membangun negeri ini ke arah yang lebih baik lagi.
Yang menjadi luar biasa dari pergantian pimpinan ini terletak pada perbedaan  minat dan hobbi dari Jokowi dan pendahulunya, SBY. Seperti kita ketahui SBY dikenal sebagai seorang yang pandai bernyanyi, meski sangat jauh disebut sebagai  seorang penyanyi profesional. Pada tiap rapat dan pertemuan yang sifatnya tidak resmi, terkadang SBY  selalu tampil menyanyi di depan umum. Selain itu SBY pun dikenal sebagai pencipta lagu yang cukup produktif. Lagu-lagu hasil ciptaanya selain dinyanyikan sendiri, juga dinyanyikan oleh para penyanyi Indonesia. Sampai sekarang lagu-lagu ciptaannya telah dikemas menjadi 3 album. Salut untuk SBY, ditengah kesibukannya sebagai kepala negara masih sempat-sempatnya menciptakan lagu.
Hobi yang lain dari SBY yang tak kalah mentereng, yakni kepandaiannya berakting. Akting SBY tidak memerlukan media film, dan juga tidak memerlukan sutradara, lantaran akting SBY begitu alami diterapkan dalam dunia politik. Tentu masih segar dengan berita kekecewaan SBY atas hasil RUU Pilkada yang membuahkan hasil pilkada melalui DPRD sehingga dia dibully oleh masyarakat. Masyarakat yang pro pilkada langsung menilai bahwa SBY lah biang kekalahan dari kalah voting pilkada langsung, karena menyerukan partainya untuk walk out. Masyarakat menilai bahwa pernyataan dukungan pilkada langsung dari SBY di youtube seminggu sebelum proses voting RUU hanya pura-pura akting. Tapi memang kenyataanya SBY akting, belakangan SBY mengeluarkan Perppu sebagai bentuk pembatalan dari pelaksanaan pilkada melalui DPRD.
Lain SBY, lain Jokowi. Hobbi Jokowi tak dilepaskan dari kerja. Dalam pidatonya, Jokowi menekankan kata kerja.. kerja... dan kerja.. Kerja yang dimaksudkan Jokowi yakni blusukan. Arti Blusukan yang awalnya dimaksudkan Jokowi, hanya turun ke got-got  dan perkampungan kumuh, tetapi telah bergeser keluar dari pakem. Blusukan juga dapat diterapkan ke kantor-kantor pemerintah, pasar, dan tempat-tempat strategis lainnya yang membutuhkan perhatian pemerintah. Blusukan telah menjadi hobbi, bukan sekedar rutinitas atau sebagai media kampanye.
Hobbi yang lain dari Jokowi adalah sebagai kolektor kodok. Mungkin penulis dan juga yang lainnya bertanya-tanya "Kok, hobbi koleksi kodok, memang tidak ada yang lain? perangko, atau mobil kek, Ini kok Kodok, apa kata dunia?", lalu mungkin saja ada yang bertanya,"Apa istimewa Kodok?"
Ada banyak manfaat kodok yang diulas di Mbah Google, salah satunya menyatakan kodok bermanfaat untuk obat-obatan. Misalnya ini :
- Kulit kodok dapat menyembuhkan penyakit kanker, entah benar atau tidaknya masih memerlukan kajian yang cukup mendalam ;
- Kemudian, kodok dibutuhkan guna merangsang pertumbuhan pembuluh darah, sehingga dapat dijadikan  obat bagi orang yang terluka cukup parah;
- Dan terakhir, Kodok dijadikan sebagai bahan pembuatan antibiotik.
Sesuai dengan judul diatas, penulis tentu tidak akan terlalu jauh membahas kodok dari sisi kesehatan, karena bagaimana pun akan menimbulkan pro dan kontra kebenaran atau tidaknya manfaat kodok. Tetapi kita coba pahami apa yang menjadi filosofi kodok, sehingga Jokowi begitu kesengsem dengan Kodok.
Filosofi Kodok diantaranya adalah:
- Kodok adalah salah satu binatang paling lemah tetapi sangat lincah bergerak. Jokowi mengibaratkan bahwa masyarakat kecil atau yang kurang beruntung hendaknya jangan menyerah oleh keadaan, tetapi harus kuat menghadapi pelbagai cobaan dan tekanan hidup, maka dari itu teruslah bergerak seperti kodok agar menemukan jalan untuk hidup dan jati diri.
- Kodok adalah binatang amphibi, artinya hidup di dua alam. Di darat, kodok bisa bertahan hidup, begitu di air. Jokowi berharap manusia harus seperti kodok untuk bertahan hidup. Jika di darat tidak dapat memperoleh penghasilan, ubahlah orientasinya untuk mencari penghasilan di laut, atau dari hasil laut.
- Suara Kodok sangat alami, mampu membangun semangat hidup dan optimisme dalam bekerja, berbeda dengan suara mesin kendaraan bermotor yang hanya menghadirkan manusia dalam pelbagai persaingan dan tekanan. Â Jokowi ingin menikmati suasana kerja yang alami dengan kehadiran suara kodok tanpa harus menghilangkan hobbi yang lain, yakni kegemarannya yang lain sebagai penikmat musik rock.
Kita tak berharap filosofi kodok akan menimbulkan kegaduhan politik, tetapi memberi harapan kepada siapapun, baik pembeci dan pencinta SBY,Megawati, Prabowo, dan Jokowi itu sendiri hidup dalam suasana damai dan nyaman menghabiskan waktunya di Indonesia. Kalau pun ada diantara kita masih tertanam rasa benci, anggap saja bahwa itu sebuah perbedaan, dan tidak perlu dijadikan musuh. Amin.