Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Doa Untuk Naura, Korban Pesawat Air Asia QZ8501

5 Januari 2015   21:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:46 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titip Doa untuk Naura, Siswi Berprestasi Korban AirAsia

Naura tengah bersama dua sahabatnya (dok:Istimewa/Soeprayitno)

Banyaknya awan kelabu di awal Januari ini turut mempengaruhi suasana hati kelabu para siswa-siswi SD Khadijah, Jalan SMEA, Wonokromo, Surabaya, sehingga tidak terpancar suasana senang gembira tidak seperti sekolah-sekolah lain di Surabaya ketika menyambut awal masuk sekolah pasca libur panjang. Bukan karena awannya yang kelabu, tetapi sebuah peristiwa pahit ikut mengiringi datangnya awan kelabu. Tidak ada kecerian dan kemeriahan datangnya awal sekolah, sebaliknya, rasa prihatin yang mendalam yang tampak terlihat pada seluruh siswa-siswi SD tersebut.

Para Siswa-siswi hanyut dalam kekhusyukan di aula sekolah. Mereka melaksanakan doa, salat ghaib dan tahlil bersama untuk korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ-8501. Khususya diperuntukan kepada Naura Kanita Rosada Suseno, siswi kelas V-B, yang merupakan salah satu penumpang pesawat yang naas  tersebut. Naura adalah  teman, kakak dan adik kelas mereka.

Tak ada yang menyangka kepergian Naura ke Singapura dalam rangka liburan harus berakhir tragis sebelum menginjakan kakinya di Singapura. Dia pergi bersama Ayahnya dan ibunya, Joko Suseno dan  Hayati Lutfiah, dan juga neneknya turut jadi korban. Berbeda dengan  ibunya, Hayati Lutfiah yang sudah ditemukan, diidentifikasi dan dimakamkan di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, sampai seminggu pencarian korban pesawat QZ8501 bersamaan awal masuknya sekolah paska libur, jasad Naura belum ditemukan. "Anak-anak mari kita salat ghaib dan membaca tahlil untuk arwah mamanya Naura (Hayati Lutfiah), semoga diterima di sisi Allah SWT. Dan kita berdoa semoga Naura, bapak dan neneknya segera ditemukan," ajak kepala SD Khadijah Wonokromo Syifaul Khoir. (Sindonews, 05/01/2015) Syifa'ul Khoir kembali menyebut hari pertama sekolah sengaja diadakan salat ghaib, doa dan tahlil bersama. "Tahlil hari kedua hingga ketujuh akan diadakan ditiap kelas, setelah salat dhuha," tukas Syifa'ul. Dimata guru-gurunya Naura tergolong anak yang pintar. Sejak kelas I Naura selalu masuk rangking tiga besar. Di kelas V ini, dia meraih rangking I. Selain dari segi prestasi, Naura juga tergolong anak yang rajin beribadah di mata guru-gurunya. Cerdas dari sisi prestasi dan ditunjang dengan ibadah yang tekun menjadikan Naura tumbuh menjadi pribadi yang mandiri di mata teman, gurunya, dan kedua orangtuanya almarhum.

Naura yang lahir di Surabaya 12 September 2005 ingin menjadi guru, memiliki hobi berenang, dan hobi yang lain mematuhi perintah ayah dan bunda, seperti  yang dituliskan di agendanya, "bahwa hobinya adalah berenang, Patuhi ayah dan bunda," begitu tulis Naura pada agenda bersama. Boleh jadi kepergian dia ke Singapura sebagai wujud rasa patuh dan terima kasihnya kepada orang tuannya. Atas kepatuhan dia kepada orang tua, sebagai siswi dia belajar sungguh-sungguh hingga memperoleh rangking satu, kemudian orang tua memberi hadiah, berupa mengajaknya liburan ke Singapura. Sebagai seorang anak manut atas ajakan orang tuanya, boleh jadi Naura tidak terlalu berharap berlebihan mendapat kado tersebut. Tetapi karena atas dasar kepatuhan dirinya, ajakan tersebut diterima dengan ikhlas.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitu pun dengan kebaikan Naura selama ini dimata teman dan gurunya tercermin dari kedua orang tuanya. Joko, ayah Naura, dikenal akrab dimata guru, bahkan hingga cleaning service. Acapkali Pak Joko, begitu dia disebut, sering mengajak makan cleaning service. Sedangkan Ibunya Naura, Hayati,  juga demikian, sosok ibu yang begitu perhatian terhadap anak tunggalnya. Sejak masuk hingga pulang sekolah, Hayati lebih memilih di kantin menunggu anaknya. Sebelum liburannya ke Singapura sampai dan keinginan jadi guru terwujud, Naura dan keluarganya telah dipanggil-Nya melalui peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Naura adalah kita. Kita tidak pernah tahu, kapan giliran kita dipanggil-Nya menyusul Naura dan keluarganya, tentunya dengan cara dan jalan berbeda-beda. Semoga Naura yang masih kecil, dapat tempat terindah di surga nanti. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun