Antara Jokowi dan Metro TV Terputus Maulud Nabi di Istana

Metro TV yang selama ini digadang-gadangkan TV-nya Jokowi. Pelbagai informasi tentang Jokowi dan pemerintahannya diliput habis beritanya. Kadang dalam pemberitaan tentang Jokowi dan pemerintahannya harus menabrak kaidah jurnalistik. Ambil contoh ketika kenaikan BBM, Metro TV mengambil posisi sebagai tameng Jokowi. Di saat TV lain memberitakan dampak negatif kenaikan BBM, Metro TV dengan gencar memuji langkah yang dilakukan oleh pemerintah Jokowi.
Tetapi Metro TV begitu loyo kalau berhadapan dengan kegiatan keagamaan. Tak peduli kegiatan tersebut dihadiri Jokowi. Pada tanggal 25 Desember lalu, Metro TV tidak menyiarkan acara secara live, begitu pun dengan acara Maulid Nabi di Istana. Seharusnya sebagai  TV pengusung Jokowi, Metro TV harus memberitakan juga segala kegiatan, tidak harus melulu acara politik melulu.
Disaat acara Maulud Nabi di Istana berbarengan dengan peristiwa kecelakaan Air Asia. Sudah barang tentu meliput Air Asia jauh lebih menarik dan berbobot dari segi kualitas acara. Selain itu, Metro TV tak  mau kalah dengan TV One yang beberapa tahun mulai menggerus kepopulerannya. Air Asia boleh dikatakan sebagai kesempatan untuk menaikan rating berita.
Kehadiran Jokowi pada acara Maulud Nabi hanyalah bumbu, bukan menu utama. Sebagai bumbu hanya penggembira saja. Berbeda dengan kehadiran Jokowi di Pangkalan Bun saat ikut helikopter bersama tim basarnas akan jauh menarik beritanya. Kalau saja dibolehkan tim Metro TV ikut menyiarkannya live.
Metro TV sadar, model-model acara keagamaan seperti Maulud Nabi tidak akan menarik perhatian pemirsa tv dirumah, sekalipun sudah dipasang Jokowi dengan ciri khasnya senyum mesemnya, dan bicara yang rada terbata-bata malah memancing penonton beralih ke channel lain, atau pun kalau bertahan pastinya akan terkantuk-kantuk. Dalam hal ini Metro TV cerdas. Amin.