Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ini Alasan Kenapa Orang Minang Suka Berdagang

6 September 2016   09:23 Diperbarui: 6 September 2016   15:56 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah sudut pasar Sukaramai, tempat berkumpulnya para penjual pakaian orang-orang Minang di Medan. (Sumber Photo: Suprizaltanjung.Wordpress.com)

Mendengar dan menyebut orang Minang pastinya yang tercetus dalam pikiran kita, adalah orang Minang suka berdagang. Cukup beralasan kenapa kita menyebut orang Minang suka berdagang. Kenyataan yang ada di lapangan, memang benar demikian adanya fakta membuktikan. Hampir seluruh wilayah di Indonesia tak luput dari keberadaan orang Minang berdagang. Di pelosok-pelosok kota, hingga gang-gang sempit, ada saja orang Minang berdagang. 

Orang Minang berdagang tidak hanya terbatas di Indonesia semata, tetapi di luar negeri pun, orang Minang tercatat sebagai pedagang. Di Malaysia, yang konon seperempat penduduknya keturunan Minang sudah pasti tidak dilepaskan dari kebiasaan leluhurnya di Sumatera Barat, yang senang berdagang. 

Mereka tentu tidak merasa aneh kedatangan pendatang dari Minang ke Malaysia untuk berdagang. Di Singapura, tak jauh berbeda dengan yang ada di Malaysia. Keberadaan orang Minang yang suka berdagang tercatat di Saudi Arabia. Malah keberadaan orang Minang di Saudi Arabia mampu memberi rasa kangen bagi naker atau jemaah haji atas masakan Indonesia. 

Orang Minang disana banyak membuka warung makan. Keberadaan warung makan sudah barang tentu bakal dikerubuti oleh para perantau. Masakan Minang, atau yang lebih dikenal masakan Padang sangat cocok di lidah orang Indonesia, sekalipun yang makan itu orang di luar non Minang. 

Mungkin yang kita tahu bahwa orang Minang berdagang hanya seputar pada urusan perut saja. Kenyataannya memang tak bisa dibantah. Begitu banyak bertebaran warung makan Minang, atau Padang di kota-kota besar, di Indonesia, maupun di luar negeri. Di kota kecil seperti Merauke, Papua pun tak absen dari keberadaan warung makan Padang. Dan uniknya, masakan Padang yang kental dengan santan dan bumbu cabe yang sangat wah pedasnya bisa diterima oleh lidah Papua dan Indonesia Timur lainnya. 

Namun kenyataan lain yang perlu diketahui bahwa orang Minang tidak melulu berdagang buat mengisi perut orang, tetapi banyak pedagang asal Minang yang berjualan pakaian, dibanding dengan yang membuka warung makan, jumlah yang berjualan pakaian lebih banyak. Lihat saja yang ada di Tanah Abang, sekitar 60 % pedagang pasti berasal dari orang Minang. Itu yang ada di Jakarta, belum yang di Bandung, Surabaya, apalagi Medan sudah terhitung jumlahnya. 

Salah sudut pasar Sukaramai, tempat berkumpulnya para penjual pakaian orang-orang Minang di Medan. (Sumber Photo: Suprizaltanjung.Wordpress.com)
Salah sudut pasar Sukaramai, tempat berkumpulnya para penjual pakaian orang-orang Minang di Medan. (Sumber Photo: Suprizaltanjung.Wordpress.com)
Walaupun kadang keberadaan mereka merusak pemandangan di kota-kota tersebut, karena kadang mereka berjualan di setiap trotoar jalan-jalan utama. Tapi apalah daya, semakin diusir mereka, mereka tak kapok datang lagi berjualan, hingga pemerintah setempat kapok, lalu membiarkan mereka berdagang. Pada dasarnya mereka berdagang memberi keuntungan bagi pemerintah setempat. Dari pajak resmi yang dikutip, maka sudah pasti akan menambah perkapita pemerintah setempat.

Tentu ada alasannya kenapa orang Minang suka berdagang, Alasan utamanya, karena idealisme. Idealisme yang dimaksud adalah orang Minang  tidak suka diatur dan dikekang. Mereka berani memulai usaha dari nol dengan usahanya sendiri, dan kurang menghiraukan resiko rugi. Toh kalau rugi, bisa memulai usaha yang lain lagi, dari nol lagi (mungkin ini sebabnya tak banyak usaha orang Minang yang berkembang menjadi besar). 

Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa orang berdagang adalah orang yang bertindak dan berbuat sesuai dengan kemauannya, tidak disuruh-suruh orang lain “Bia karajo barek,untuang awak saketek, tapi ati sanang bakarajo, ndak disuruah-suruah urang do,”. Maksudnya, biar kerja berat, untung sedikit, tapi hati senang bekerja, tidak disuruh-suruh orang. Alasan lainnya, mereka berdagang, lantaran  tidak memerlukan keahlian khusus. Keahlian mereka sedikit, yakni bersilat lidah, whuss dagangannya laris ngaciir.

Ada juga alasan berdagang orang Minang, karena faktor adat dan budaya Minangkabau,yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Agama Islam sangat kuat pengaruhnya dalam masyarakat Minang, karena itu tak heran banyak yang berprofesi sebagai pedagang seperti junjungan besar Islam, Nabi Muhammad SAW. Alasan ini mungkin yang menjadi pendorong kuat agar semangat orang Minang dalam berdagang untuk lebih giat lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun