Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Freddy dan Ahok

2 Agustus 2016   10:21 Diperbarui: 2 Agustus 2016   10:46 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada resuffle jilid II minggu lalu, Jokowi tidak memilih Freddy dan Ahok. Sumpah deh sampai dunia kiamat pun Jokowi tidak akan memilih Freddy menjadi pembantunya, apalagi harus menggantikan Yasonna, kader PDIP, jelas-jelas Jokowi tak berani menggantinya. Jokowi takut kena semprot Mama Mega. Tenang.. hadiah untuk Freddy sudah disiapkan oleh Jokowi. Sehari setelah resuffle jilid II, Freddy dihadiahi peluru panas menembus jantungnya oleh regu tembak di sebuah tempat sunyi, jauh dari keramaian orang-orang yang sedang hangatnya berbicara tentang resuffle jilid II. Tamatlah riwayat Freddy. Kematian Freddy belum memuaskan Jokowi. Dia berharap penjahat-penjahat Narkoba seperti Freddy, harus lebih banyak lagi di hukuman mati.

Nasib Ahok sama dengan Freddy. Bedanya Ahok masih beruntung, masih hidup. masih ada kesempatan untuk jadi menterinya Jokowi. Jalan panjang masih terbuka lebar. Tentu bukan saat sekarang, tapi nanti bila saja dia pensiun jadi Gubernur. Saat ini Ahok sedang berbulan madu dengan 3 partai yang mengusungnya.  Ke tiga partai telah dipilihnya untuk menjadi jalan menuju orang nomor 1 di Jakarta.  Tidak lah mulus menuju kursi gubernur, prosesnya jauh lebih sulit, dibandingkan sekedar jadi menteri. Kalau sekedar jadi menteri, Ahok sudah yakin dia bisa terpilih, tetapi kalau jadi gubernur, Ahok harus bertarung memperebutkan posisi menjadi orang satu, bersaing dengan kandidat lain.  

Dibandingkan dengan kandidat lain, Ahok, saat ini, sedang mengalami euforia politik tingkat tinggi karena dia sudah memiliki modal. Survei-survei telah menempatkannya menjadi calon kuat dibandingkan yang lain. Jadinya Ahok besar kepala. Calon lain dianggapnya bukan sebuah lawan, tetapi hanya lawan-lawanan alias lucu-lucuan. Makanya Ahok tidak begitu peduli, siapa pun yang menjadi lawan dia. Ahok hanya peduli dengan dirinya, sebab musuh terbesarnya adalah dirinya sendiri.

Euforia politik tingkat tinggi, seperti yang dialami oleh Ahok, tak bakalan ada pada diri Freddy. Dari catatan riwayat hidupnya,  Freddy tidak pernah terlibat dengan urusan politik praktis. Di sisa akhir hidupnya, dihabiskan dengan urusan Narkoba. Tiga kali, Freddy harus keluar masuk penjara. Narkoba adalah sesuatu yang sulit dihilangkan dari diri Freddy. Bukan narkobanya yang menjadi musuhnya, tetapi diri sendirilah yang menjadi musuhnya. Pada posisi inilah pendapat Ahok ada benarnya. Setelah Freddy berhasil mengalahkan dirinya. Akhirnya tobat. Setahun menjelang kematiannya, Freddy sangat intens menjalankan sholat, dan acapkali melaksanakan puasa Senin-Kamis. Sebuah kemenangan yang tidak bisa diukur oleh kemenangan politik. 

Kini Freddy telah tiada, namun demikian kematiannya membawa berita yang cukup menghebohkan untuk negeri ini. Melalui Haris Azhar, koordinator Kontras, Freddy mengungkapkan bahwa dia telah dimanfaatkan oleh para petinggi di negeri ini. Dia hanya berharap bukan dirinya sendiri yang harus menjalani hukuman tetapi para petinggi yang ikut menikmati nikmatnya Narkoba. Freddy pun tak segan-segan menyebut bahwa dia telah memberi upeti 450 milyar untuk BNN, dan 90 milyar oleh TNI. Sayangnya Haris, mengutarakannya setelah kematian Freddy. Apa yang diceritakan Freddy hanya akan menjadi cerita pepesan kosong, yang pada ujungnya dianggap sebagai bualan-bualan Haris semata.

Bukan hanya Freddy yang sudah meninggal membawa berita yang penuh kontroversi, yang hidup seperti Ahok tak kalah sengitnya. Di sela-sela upayanya maju sebagai cagub Jakarta. Ahok membawa berita kontroversi yang notabene melibatkan dirinya. Tercatat ada 3 berita yang diduga melibatkan Ahok. Pertama,  keterlibatan Ahok di Sumber Waras. Beruntung banget Ahok dibela KPK. KPK menyebut Ahok tidak bersalah. Kedua, masalah reklamasi teluk Jakarta. KPK belum terlibat, atau bisa saja mau terlibat, karena masalahnya sudah diselesaikan oleh Presiden Jokowi, dengan dipecatnya Rizal Ramli, orang yang selama ini sangat alot terlibat konflik dengan Ahok. dan ketiga, yakni kasus lahan Cengkareng, walaupun kasus ini diketahui tidak melibatkan diri langsung. Tapi lawan-lawan politiknya akan menjadikan isu panas melemahkan posisi Ahok.

Baik Ahok dan Freddy sama-sama beretnis Tionghoa, tetapi perjalanan nasiblah yang memisahkan mereka.

Ahok pun tak kalah hebat membawa cerita misteri

Cerita misteri Freddy bakal hilang

Sementara Ahok tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun