Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Merdeka Hati

18 Agustus 2014   18:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:14 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi, anakku disuruh mengikuti perlombaan 17 Agustus di sekitar lingkungan rumahku. Anehnya, anakku menolak tanpa mau menyebutkan alasannya, meski harus beberapa kali aku rayu dan diiming-imingi bakal dapat hadiah. Akhirnya, aku menyerah, tidak mau memaksakan kehendakku. Aku biarkan dia mengikuti apa kemauannya.

Lomba 17 Agustus Tingkatkan Kreativitas (Foto: dok. okezone)

Orang tua mana yang tidak senang bila anaknya  ikut berpartisipasi  memeriahkan kemerdekaan, terlebih lagi, orang tua akan merasa bangga ketika anaknya dapat hadiah dari perlombaan-perlombaan pada pesta kemerdekaan. Namun, tidak semua orang tua yang beruntung memiliki anak-anak yang mau ikut berpartisipasi. Malah sebaliknya anak menolak untuk ikut, kalau pun ikut sepertinya anak itu terkesan malas-malas karena takut dimarahi oleh orang tua.

Untuk Orang tua yang mengalami kejadian tersebut, tidak perlu kecewa, apalagi harus marah, Malahan orang tua harus bangga dengan sikap anak tersebut, artinya si anak itu sudah memiliki perbedaan pandangan sikap dan berpikir dengan orang tua. Selama perbedaan pandangan sikap dan berpikir sifatnya positif perlu didukung sepenuhnya oleh orang tua. Kalau pun dianggap negatif adalah tugas orang tua mengarahkannya pada hal yang positif.

Keinginan anak menolak orang tuanya adalah bagian dari strategi hidupnya. Strategi hidup sangat diperlukan dalam upaya untuk memerdekakan hatinya. Kemerdekaan hatinya sangat diharapkan oleh seorang anak untuk melepaskan diri dari musuhnya. Musuhnya tidak hanya orang tua, tetapi juga orang lain yang berusaha mencelakakan dirinya.

Sudah banyak anak yang menjadi korban keinginan ambisi dan gengsi orang tua. Orang tua yang bernapsu anaknya menjadi bintang, Si anak dipaksa untuk mengikuti pelbagai macam kursus yang dirasa oleh anaknya tidak semuanya berselera. Ketika si anaknya protes, dengan pasang muka serem, orang tua membentaknnya. Apa yang terjadi, jiwa anak menjadi labil, murung, dan gampang emosional. Celakanya jiwa labil tersebut terbawa hingga dewasa.

Tentu kita tidak berharap anak kita memiliki jiwa labil, maka dari itu orang tua perlu memulihkan  hati anak yang sudah merdeka, dengan cara-cara merdeka, diantarannya :

  1. Ajarkan anak untuk mencintai sesuatu yang positif menurut kaidah negara dan agama, misalnya Orang tua menyampaikan kepada anak tentang pentingnya mengisi kemerdekaan, dengan mengikuti perlombaan kemerdekaan.
  2. Ajarkan anak untuk menilai sesuatu yang positif, misalnya orang tua menyampaikan kepada anak akan manfaat mengikuti perlombaan kemerdekaan.
  3. Ajarkan anak untuk mencari sesuatu pilihan positif, misalnya jika anak menolak ikut keinginan lomba kemerdekaan, cari solusi lainnya yang lebih bermanfaat, menyuruhnya menggambar bendera. Biasanya, seorang anak mudah tertarik dengan gambar-gambar atau bisa juga dengan menceritakan kepahlawanan.

Kemerdekaan yang kita rayakan haruslah mencerminkan kemerdekaan hati seorang anak, karena anak adalah titipan. dan yang dititipkan dari seorang anak adalah jiwanya. Mari kita bangun jiwannya untuk menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan sehat. Pribadi-pribadi yang mencintai agama dan negara. Dan pribadi-pribadi yang mewariskan generasi kita untuk membangun negara ini untuk merdeka hati seutuhnya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun