Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wirog

2 Desember 2014   16:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:15 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

blogspot.com

Tikus got atau kalau di Serang dan Banten sekitarnya disebut wirog. Berbeda dengan tikus rumah yang hidup di atap-atap rumah. Wirog sesuai dengan habitatnya hidup di got, dan gorong-gorong air di tengah-tengah pemukiman manusia. Umumnya keberadaan wirog, hidup di perkotaan. Sangat jarang wirog ditemukan di pedesaan. Hal itu disebabkan banyaknya sisa-sisa makanan yang sudah jadi sampah yang jadi makanannya. rumah-rumah yang berdekatan dengan pasar ditambah dengan saluran air yang buruk adalah tempat-tempat strategis berkembang biaknya wirog.

Tak satu pun kota-kota besar di Indonesia luput dari keberadaan wirog. Wirog sudah bergaul dan beranak pinak di tengah-tengah keberadaan manusia. Hanya saja keberadaanya tidak membawa dampak positif, malah sebaliknya menyebarkan bibit penyakit. Salah satu penyakit yang dibawa tikus adalah leptospirosis

Selain leptospirosis, wirog pun membawa vector dari penyakit pes dari bakteri Yersinia pestis dapat menular melalui gigitan tikus; Salmonellosis dari bakteri salmonella melalui kontaminasi kotoran tikus yang terkontaminasi dengan makanan; Demam gigitan tikus dari bakteri Spirillum; Demam berdarah korea dari Hantavirus melalui kotoran, urine, cairan tubuh ataupun terkontaminasi langsung, dan lain sebagainya.

Tikus jenis wirog ini, keberadaannya telah hidup dalam perjalanan hidup manusia. Sejarah mencatat pada abad pertengahan telah terjad peristiwa Black death, dimana pada peristiwa tersebut terjadi pandemi penyakit besar yang diduga sumber penyakit berasal dari wirog.

Maut Hitam, disebut juga Wabah Hitam, adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi multi-regional. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Maut Hitam telah merenggut sedikitnya 75 juta nyawa. Penyakit yang sama diduga kembali melanda Eropa pada setiap generasi dengan perbedaan intensitas dan tingkat fatalitas yang berbeda hingga dasawarsa 1700-an. Beberapa wabah penting yang muncul kemudian antara lain Wabah Italia(1629 – 1631), Wabah Besar London (1665 – 1666), Wabah Besar Wina (1679), Wabah Besar Marseille (1720 –1722), serta wabah pada tahun 1771 di Moskwa. Penyakit ini berhasil dimusnahkan di Eropa pada awal abad ke-19, tapi masih berlanjut pada bagian lain dunia (Afrika Tengah dan Oriental, Madagaskar, Asia, beberapa bagianAmerika Selatan). (sumber: wikipedia).

Suka atau tidak suka wirog ada dan hidup di tengah-tengah keberadaan manusia, tetapi keberadaan telah membawa penyakit. Maka dari itu, sudah seharusnya kita membasminya  dengan cara membersihkan dan menjaga lingkungan sehat dan bersih, sebab wirog sangat senang hidup pada lingkungan kotor dan berbau. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun