Serang terletak sebelah barat dari ibukota Jakarta. Menuju Serang dari Jakarta tidak kurang dari 1 jam. Namun demikian, Serang tidak menjadi favorit orang Jakarta untuk datang berkunjung. Bandung, Bogor, dan bahkan Jogya atau Bali seringkali menjadi tujuan utama kunjungan warga Jakarta. Bagi sebagian warga Jakarta menganggap bahwa Serang tidak memiliki tempat-tempat istimewa untuk dikunjungi. Inilah yang mungkin menjadi alasannya.
Serang adalah kota terbesar kedua di Banten setelah Tangerang. Disinilah uniknya, mana ada kota terbesar kedua di Indonesia yang jadi ibukota. Bogor sebagai kota terbesar kedua di Jawa Barat tidak menjadikan kotanya sebagai ibukota, begitu pun dengan Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur tidak bisa menggantikan posisi Surabaya sebagai ibukota. Umumnya penentuan ibukota berlaku demikian selama beberapa tahun-tahun. Wacana untuk menjadikan Palangkaraya yang pernah digagas oleh Sukarno sampai sekarang belum terwujud, bahkan di era pemerintah Suharto, tercetus juga kota Jonggol, tempat tinggalnya si Wakwaw, untuk dijadikan ibukota. Tapi ya, orang Indonesia paling pinter berwacana pada akhirnya kembali lagi ke laptop.
Padahal negara-negara lain telah melakukannya. Myanmar telah memindahkan ibukota dari Ranggon ke Napydaw, begitu pun dengan Malaysia dari KL ke Putrajaya. Seharusnya Indonesia memang memikirkan kembali pengalihan ibukota tersebut dalam waktu 20 tahun mendatang, mengingat Jakarta seperti sudah tidak layak lagi dijadikan ibukota. Masak ibukota negara, selalu berkutat dengan urusan kemacetan.
Serang boleh dikatakan pionir atau proyek percontohan di Indonesia. Tentu ada alasannya, kenapa Serang dipilih jadi ibukota. Pilihan utamanya didasarkan pada pada romantisme sejarah. Konon, dulunya pusat kebudayaan Banten berpusat di Serang. Hal tersebut banyak dibuktikan oleh sisa-sisa bangunan keraton dari bekas kerajaan Banten terdapat di utara Serang. Mungkin bagi Serang, alasan tersebut bisa berlaku, tetapi kalau untuk Indonesia hal tersebut tidak dapat diterapkan. Kalau didasarkan pemilihan ibukota karena berdasarkan romantisme sejarah, tentu seharusnya Mojokerto jadi ibukota, mengingat Majapahit, sang pendiri Nusantara dengan sumpah palapa berasal dari sana. Tetapi karena Indonesia beragam suku dan budaya tidak mengharuskan romantisme sejarah jadi alasan pemilihan ibukota.
Sah-sah saja jika Palangkaraya diwacanakan sebagai ibukota, tetapi lokasi pemilihan ibukota harus berbatasan dengan laut, jadi bukan di dalam hutannya. Hal tersebut sangat memudahkan akses  setiap warga Indonesia dari daerah lain untuk berkunjung di Palangkaraya dengan menggunakan angkutan laut. Sedangkan kalau Jonggol, sangat tidak tepat lagi. Wilayah Jonggol sudah mulai padat penduduk, jadi sudah tidak cocok jadi pilihan jadi ibukota.
Banten sudah melakukannya, kapan Indonesia? Jakarta harus belajar dari Serang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H