Dasa (54), suami dari Fatimah, salah seorang warga Desa Budiasih yang terganggu jiwanya di rumahnya, Rabu (28/1/2015) kemarin
Dasa, laki-laki setengah abad ini, mendapat pujian dari masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, Â di Kampung Kuta Agung, Desa Budiasih, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Pujian diberikan kepada Dasa lantaran pria yang sudah berambut perak ini telah menunjukan kesetiaannya kepada istrinya, Fatimah (40)Â yang telah 14 tahun mengalami gangguan jiwa.
"Ada 14 tahun lalu, istri saya mulai terasa sakit saat melahirkan anak keempat kami. Tapi saat itu masih bisa diobati dan sempat sembuh. Setelah melahirkan lagi terasa sakit sampai sekarang dan tak bisa diobati," kata Dasa (Kompas.com, 30/1/2015)
Pujian diberikan tidak hanya karena kesetiaan dia menemani istri yang mengalami gangguan jiwa, tetapi juga dia mau mengurus dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. Kadang tetangga kerap membantunya, namun tidak menjadikan tumpuan atau alat simpatinya. Lebih banyak dia berjuang untuk mempertahankan kondisi keuangan keluarganya daripada menunggu belas kasihan dari tetangganya. Dasa bekerja serabutan. Tentu saja hasil pekerjaan tidak terlalu diharapkan, selain karena nilai penghasilan tak mencukupi, juga tidak setiap waktu dia dapat pekerjaan. Hebatnya seorang Dasa bahwa apa yang dikerjakannya merupakan ladang amal dan ibadahnya.
Sehari-hari, Dasa bekerja serabutan. Dia mengaku rela melakoni keseharinnya itu sebagai amal dan ibadah. "Ya, seperti ini sudah kewajiban saya. Saya rela dan ikhlas mengurus istri dan anak saya," ungkap dia.
Fatimah tidak sendirian mengalami gangguan jiwa. Di lingkungan Dasa, terdapat puluhan warga memiliki penyakit yang sama seperti istrinya. Hanya saja yang berbeda dari Dasa, Â bahwa suami-suami lain belum tentu setia seperti Dasa yang begitu telaten dan perhatian menemani istri yang mengalami gangguan jiwa. terlebih lagi Dasa harus dihadapkan pada urusan membesarkan ke- 4 anaknya.
Fatimah ditempatkan di sebuah kamar khusus di bagian dalam rumah. Sehelai alas tikar terhampar di ruangan sederhana dan rapi. Dasa selalu  mengantarkan makanan ke ruangan itu. Di Ruangan itu pula, Dasa memandikan istrinya dan membersihkan buang air kecil dan besar. Alasan Dasa menempatkan khusus di ruangan tersebut agar dia dapat bekerja dengan nyaman tanpa khawatir istrinya pergi kemana-mana.
Dari apa yang dilakukan Dasa yang begitu setia melayani istri meski dalam kondisi mengalami gangguan jiwa, kita memperoleh pelajaran penting dan bermanfaat bahwa segala kesulitan, kepedihan, kemiskinan, kekurangsempurnaan akan terasa indah bilamana kita dapat menyikapinya dengan semangat dan gairah yang tinggi serta dilandasi oleh nilai-nilai amal dan ibadah, seperti apa yang dilakukan oleh Dasa. Tanpa ada nilai amal dan ibadah, tentunya Dasa sudah lama meninggalkan istri dan anak-anaknya. Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H