Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan peregangan sebelum menyaksikan penenggelaman kapal nelayan Thailand
Diangkat jadi Menteri Kelautan dan Perikanan belum setahun. Tiba-tiba Susi Pudjiastuti membuat pernyataan yang cukup menohok, terutama bagi Jokowi yang memilihnya. Pernyataan yang bukan karena aksi heroiknya menghancurkan kapal pencuri ikan, tetapi pernyataannya yang hanya ingin menjabat sebagai menteri selama dua tahun.
Pernyataan yang cukup menohok, sekaligus melecehkan seorang Jokowi. Susi tidak menghargai jabatan menteri yang disandangnya. Semestinya Susi fokus apa yang menjadi program kerjanya. Tidak seenaknya membuat pernyataan yang akan dipandang oleh orang luar dianggap arogan. Apalagi pernyataannya diungkap di depan wartawan. Bagi wartawan pernyataannya akan menjadi umpan pemberitaan, pada ujungnya akan mengarah pada satu kesimpulan bahwa pemerintah era Jokowi bobrok dan banyak masalah, sehingga seorang Susi pun hanya sanggup menjalani tugasnya selama 2 tahun.
Fakta yang jelas dan terungkap bahwa gaji menteri seperlima lebih kecil dari penghasilannya. Mungkin saja sombongnya bahwa semua menteri yang ada di kabinet Jokowi bisa dia gaji. Akibatnya terkesan apa yang disandangnya sebagai menteri hanya setengah hati. Ketika dia menghancurkan kapal asing, yang nyata-nyatanya kapal kayu biasa yang dihancurkan dianggap sebagai sensasi yang hanya ingin diliput besar-besar oleh wartawan dan ingin dipuji oleh para Jokowilovers. Ada kesan munafik cara dia bekerja.
Ketika berbincang bersama wartawan di ruangan kerjanya. Â Susi tidak mengungkapkan alasan yang jelas kenapa dia hanya mau menjalani tugasnya selama 2 tahun dari yang seharusnya 5 tahun. Dia menggunakan jurus lempar batu sembunyi tangan. Kira-kira maksudnya biarlah publik mengetahui alasannya dari berita dan analisa para pakar dan wartawan, bukan datang dari mulutnya sendiri. Di depan wartawan, Susi hanya menerangkan bahwa "banyak orang yang lebih pintar daripada dirinya". Ia pun ingin penggantinya nanti adalah seorang birokrat. "Banyak orang yang lebih pintar (daripada saya). Kalau (saya) sudah bereskan KKP, (menterinya seorang) birokrat lebih baik," ujar Susi, Jakarta, Kamis (kompas. com. 12/2/2015).
Diantara menteri-menteri Jokowi. Susi adalah salah satunya yang paling mendapat sorotan, selain Jonan tentunya. Namun ada perbedaan dengan Jonan. Jonan terkesan kalem dan berhati-hati dalam bicara, sementara Susi terkesan cuek, apa adanya, dan blak-blakan dalam berbicara. Terkesan dia dalam memimpin bergaya preman. Namun demikian, gaya dan penampilan yang urakan sebanding dengan prestasi kerja dalam 4 bulan terakhir ini. Dia mengeluarkan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya selama hampir empat bulan memimpin ditujukan untuk memperbaiki sistem tata kelola sektor kelautan dan perikanan nasional. Dari kebijakan tersebut, dia berhasil adalah kebijakan pelarangan melakukan bongkar muat ikan di tengah laut atau yang dikenal dengan istilah transhipment. "Transhipment itu telah menyelamatkan uang negara yang banyak dan mengurangi dominasi negara tetangga kita untuk seafood di ASEAN. Insya Allah kalau ini dijaga kita bisa dominan. Kalau enggak dijaga, ya enggak bisa, nanti bisa lari lagi," kata dia. Keberhasilan Susi dalam memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan mendapat decak kagum dari seluruh elemen pendukung Jokowi, karena dengan berhasilnya Susi memimpin akan menjadi tolak ukur dari kepemimpinan Jokowi. Akan tetapi dengan pernyataannya yang akan menjalani tugasnya selama 2 tahun seolah-olah menampar Jokowi yang saat ini Jokowi masih dibuat KO oleh kisruhnya KPK vs Polri. Apalagi Susi mengumbar pernyataan di depan wartawan, yang seharusnya terlebih dulu dibicarakan dengan Jokowi.
Terlepas dari berbagai spekulasi apa yang menjadi latar belakang hingga dia mengungkap pernyataannya. Tetapi apa yang diungkap oleh Susi sebagai bentuk arogansi seorang Susi yang tidak menghargai jabatannya, dan juga tidak menghargai Jokowi sebagai Presiden yang memilihnya untuk menjalankan tugas selama 5 tahun, bukan 2 tahun seperti yang dia inginkan.
Lepas dari menteri, tentunya tidak akan menjatuhkan dia jadi miskin. Malah sebaliknya Susi akan kembali pada kebiasaan lama. Shopping keliling dunia, dan meneruskan bisnisnya yang mengharuskan dia keliling Indonesia dan dunia. Mungkin anggapan Susi bahwa pekerjaan menteri malah menjadi beban buat dirinya. Di depan wartawan, Susi mengungkapkan isyarat alasannya "Enggak (mau lebih dua tahun), capek, siksaan terlalu banyak," ucap Susi.
Dipandang dari sudut kejiwaan bahwa Susi dianggap kaya dalam menjalankan aksi-aksi program kerjanya. Akan tetapi terlalu rapuh bilamana dihadapkan pada konflik-konflik batinnya. Apakah konflik batinnya berkaitan dengan konflik yang melibatkan antara institusinya dengan yang di luar institusinya. Atau juga disebabkan ada konflik kepentingan pribadi Susi sebagai pengusaha dengan kementeriannya yang dipimpinnya.