Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Panggil Saya Ustadz [Part 2]

5 April 2017   04:36 Diperbarui: 5 April 2017   12:30 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana Sore itu mengalun dengan nada yang tak biasa, Sean masih mengecap betapa manis kopi yang ia minum di teras rumah saya, di kelilingi dengan beberapa jenis tanaman hias dan bunga yang bermekaran. Ditambah awal penjelasan saya yang sangat membekas di tiap hisapan rokoknya.

"Lalu, penjelasan yang sebenarnya bagaimana Wan...?" lanjut Sean di balik kepulan asap rokok filter yang ia hisap.

Perlahan saya mengingat beberapa hal yang dikatakan oleh Lady mengenai agama Islam dalam beberapa malam yang lalu, dan menyusunnya menjadi sebuah hidangan yang siap untuk saya santap. Sean nampak sangat antusias dengan tiap-tiap penjelasan yang saya jabarkan. Mengupas beberapa buah hukum dan memberikan beberapa penjelasan Ilmiah sebagai dasar logis atas ditetapkannya sebuah hukum dalam Islam.

Naik turun kepala Sean mengangguk, ketika beberapa penjabaran saya sangat lugas dan tiap logika yang saya sajikan sangat tajam menyayat tiap pembahasan.

"Jelaskan kepada saya mengenai Sosok Nabi Muhammad yang sebenarnya Wan..?" pinta Sean merubah sikap duduknya, menjadi sangat serius.

Saya beranjak sesaat untuk mengambil barang yang saya kira akan saya butuhkan untuk dapat bisa memperkenalkan sosok Agung dan Mulia yang akan saya bahas. Sean mempersilahkan. Dengan tingkah tak sabaran, matanya mengeja langkah kaki saya ketika meninggalkannya ke dalam rumah. Seolah mengatakan, "Jangan membuat saya menunggu terlalu lama...?!"


Sekejap saya kembali dengan dua buah buku tebal yang saya ambil di rak buku kamar, satu berwarna cokelat (al-Quran tafsir) dan yang satunya nampak dikenali oleh Sean. Bersampul hitam (Kitab Injil) dan saya letakkan di antara posisi duduk saya dengan dirinya. 


"Jika saya berbicara hanya menggunakan referensi yang saya yakini, rasanya itu tidak adil. Kita akan menggunakan beberapa ayat dalam Kitab Injil." pungkasku.


bersambung...
#JPSU #Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun