Desember 1919 diadakan sebuah rapat pengurus besar JSB untuk melakukan pergantian masa kepengurusan JSB di Betawi. Dalam rapat kepengurusan tersebut, Amir dicalonkan menggantikan Tengku Mansyur sebagai ketua, Bahder Djohan akan menggantikan Anas sebagai sekretaris dan Hatta menggantikan Marzuki sebagai bendahari.Â
Pada posisi saat itu, pekerjaan Hatta akan sangat berat. Karena JSB memiliki hutang kepada drukkerij Evolutie hampir f 1000 yang merupakan ongkos biaya cetak majalah Jong Sumatra.Â
Pimpinan dari Evolutie adalah Ladjumba Dt. Tumanggung, dan jika hutang tidak dibayar secara kontan maka majalah tidak akan bisa dicetak kembali.Â
Hatta menyetujui hal itu, dengan catatan ia hanya akan menjabat selama satu tahun dan ia meminta seorang bendahari 2 dan 3 guna mempelajari sistem perbendaharaannya dan menjadi penerus di kepengurusan selanjutnya.Â
Permintaan itu disepakati dan diangkatlah Djalil yang merupakan murid kelas III PHS dan seorang lagi adalah Burhanuddin murid dari sekolah Rechtschool.
Berlangsunglah kongres JSB yang kedua, sebagaimana biasa diadakan di Gedung Loge di pojok Waterlooplein, Lapangan Banteng sekarang.
Kongres pun berlangsung dengan kepengurusan baru yang terpilih. Dihadiri oleh banyak anggota JSB dan juga para donatur yang merupakan orang-orangtua dari Sumatera yang menetap di Betawi dan orang lainnya yang mendukung pergerakkan tersebut.Â
Di antara donatur yang memberikan anjuran adalah Pater Van Rijckevorsel dan Ir. Fournier. Dalam pidatonya, Ir. Fournier menganjurkan supaya JSB giat bekerja sama dengan Jong Java untuk mencapai terbentuknya Jong Indie sebagaimana gerakan pemuda di India sudah dapat mendirikan Young India.
Fokus Hatta dalam JSB dengan posisinya sebagai bendahari saat itu adalah melunasi hutang JSB kepada penerbit Jong Sumatra. Seusai rapat perdana kepengurusan baru JSB, Hatta menyusun cara untuk bagaimana setiap anggota membayar iuran dengan tepat waktu sebagai bukti kesetiaan pada perkumpulan dan yang berlangganan majalah Jong Sumatra untuk membayar biaya pembelian majalah tepat waktu.Â
Ia mengirimkan formulir wesel pos blanko kepada mereka dengan mengisi sekaligus jumlah yang harus mereka bayar. Cara tersebut cukup efektif dan dengan cepat uang masuk mengisi kas JSB. Waktu Hatta hendak meletakkan jabatannya setahun kemudian pada akhir 1920, kas yang bermula dengan defisit dan hutang lebih kurang f 1000 berbalik menjadi saldo kira-kira satu setengah kali.