Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koffie Drinken 6: Prins Hendrik School dan Stovia School

8 Maret 2020   05:12 Diperbarui: 8 Maret 2020   05:18 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum bertolak ke Betawi, Hatta sempat menemui rekan sejawatnya di Jong Sumatranen Bond yang rela datang dari Betawi untuk menghadiri Kongres Jong Sumatranen Bond pertama yang diadakan di Padang. Meski mereka semua menyesali bahwa Hatta tidak bisa menghadiri acara tersebut yang akan diselenggarakan pada akhir bulan Juli 1919.

Kira-kira pada pertengahan bulan Juni 1919 Hatta berangkat ke Betawi dengan kapal KPM, diantarkan oleh pamannya, Mohammad Saleh, yang biasa dipanggilnya Mak Alieh. Sesampainya di Tanjung Priok, mereka sudah dijemput oleh Dahlan Sutan Lembaq Tuah yang merupakan ipar dari Hatta yang telah sampai di Betawi lebih dulu dari Pontianak sepekan yang lalu. Setelah selesai pemeriksaan bawaan, berangkatlah mereka dengan sebuah taksi ke Betawi, ke bagian kota yang dahulu namanya Weltevreden. Hatta akan tinggal di rumah salah seorang sahabat lama dari Dahlan yang dikenal dengan nama Raja Bangsawan yang berasal dari Bengkulu.

Dua hari berlalu di Betawi, Hatta beristirahat dan berjalan-jalan ke Pasar Baru dan Pasar Gambir. Juga pergi untuk mendaftarkan diri ke PHS sebagai murid sekolah dagang. Pada sore harinya ia bersama St. Lembaq Tuah pergi membeli buku ke toko Kolff & Co, lalu ke toko Visser & Co untuk mencari buku yang belum didapatkan dari toko sebelumnya.

Sesuai dengan rencana saat berangkat dari Padang, Hatta dan Mak Alieh akan pergi mengunjungi Mak Etek Ayub seorang saudagar asal Bukittinggi yang hidupnya sangat sederhana. Mak Etek Ayub mulanya adalah seorang juru tulis seorang berkebangsaan Jerman, karena keuletan dan semangatnya akhirnya Mak Etek Ayub mulai mempelajari dalam mendalami seluk-beluk perniagaan barang hutan yang banyak dilakukan di Sawah Besar. Lalu oleh orang Jerman tersebut diberikannya Mak Etek Ayub modal untuk membuka usaha sebesar f 10.000. Rupanya hasil pembelajarannya tidak sia-sia dan dikung oleh tangan dinginnya dalam mengelola usaha dagang tersebut. Ia memilih lada sebagai barang perniagaannya.

Sistem dagang di masa itu adalah sistem dagang yang penuh dengan spekulasi, sekali pukul pedagangnya bisa memperoleh keuntungan berpuluh ribu golden, tetapi mungkin pula menderita kerugian yang serupa. Lima tahun ke depan rencananya, Mak Etek Ayub ingin berpindah usaha jika sudah mendapat f 500.000 dan pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.

Di PHS, Hatta menemui cara pembelajaran yang berbeda dari cara belajar yang biasa ia temui di Bukittinggi dan di MULO Padang dahulu. Semua biaya hidup Hatta di Betawi ditanggung oleh Mak Etek Ayub. Mulai dari biaya sewa kawar, biaya membeli buku dan biaya lainnya. Mulai dari situ pula perkenalan Hatta dengan buku dimulai, sebab sebagai seorang murid sekolah dagang ia harus mempelajari banyak hal dan juga ditambah dengan perannya di pergerakkan pemuda mengharuskannya membaca buku dan memperluas wawasannya.

Di antara buku yang mula-mula dipelajari Hatta di Betawi adalah Staathuishoudkunde dua jilid karya N. G. Pierson; De Socialisten, enam jilid karya H. P. Quack; dan Her Jaar 2000 karya Bellamy. Dari buku-buku tersebut Hatta mulai mempelajari mengenai sistem negara dan sistem perekonomian negara terutama mendalami apa yang diuraikan secara singkat oleh Quack dalam bukunya mengenai tulisan Plato dalam bukunya Republic. Buku Republic adalah sebuah fantasi yang luar biasa, sebuah gubahan seni yang tidak berakar pada kenyataan atau sangat idealis.

Pada buku De Socialisten Hatta mempelajari mengenai pemikiran Sosialisme, mulai dari Sosialisme Greek, Sosialisme Roma, Esseya dan Persekutua Kristen pertama di Asia Minor, sosialisme Zaman Tanah, Sosialisme Jerman di masa Pembaruan, sossialisme pada kaum Kristen di Inggris abad ke-17, jejak sosialisme dalam abad ke-17 pada Republik Persekutuan Belanda, sosialisme dalam "Roman-Roman Negara" di masa Renaisans, sosialisme dalam abad ke-18 di Perancis dan tanda-tanda sosialisme pada Revolusi Perancis, percobaan Babeuf untuk melaksanakan sosialisme kira-kira dekat pada perpisahan abad ke-18 ke abad ke-19, sosialisme agama pada abad ke-18, Jezuit, Quaker, Golongan Shaker dan Golongan Hernhutter, Badwinm dan Marie Wallstonecraft pada akhir abad ke-18; ekonomi dan sosialisme.

Ilustrasi : Acer.id
Ilustrasi : Acer.id

Semenjak dibelikan buku-buku tersebut, Hatta mengurangi waktunya untuk bersepeda keluar dan lebih banyak menghabiskan waktu kosongnya untuk membaca buku, kecuali untuk hari sabtu sore. Hatta akan pergi ke STOVIA untuk menemui Bahder Djohan dan sesuai kesepakatan mereka akan keluar bersama di setiap hari sabtu. Dari gedung STOVIA dengan berjalan kaki ke Pasar Baru untuk makan nasi goreng dan sate ayam serta minum kopi sambil berbincang-bincang. Setelah selesai mereka akan pergi ke Bioskop Pasar Baru untuk menonton. Seusai menonton mereka akan berjalan kaki mengitari kota Weltevreden sampai pukul 23.00. Pada akhir jalan mereka biasa minum kopi di Senen tempat yang biasa didatangi oleh "klepek", yaitu panggilan bagi murid-murid yang bersekolah di STOVIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun