Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cangkir Kopi: Tauhid, Antara Lahir dan Bathin?

25 Februari 2020   03:21 Diperbarui: 26 Februari 2020   16:07 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sudah bukan pembicaraan yang asing bagi masyarakat kita hari ini mengenai dua sisi dalam kehidupan manusia, yaitu sesuatu yang bersifat lahir dan satunya bersifat bathin. Hal-hal lahiriah adalah berbagai hal yang dapat di inderai oleh indera kita, sifatnya memiliki bentuk dan dapat dipahami atau dikenali dengan mudah. 

Sifat-sifat lahiriah ini yang juga membedakan antara suatu benda dengan benda yang lain, antara kursi dan meja, antara cebong dan kampret, antara hitam dan putih, antara merdu dan fals, antara harum dan apek, antara bening dan buram, antara manis dan pahit dan lain sebagainya. Pada tataran ini semua merupakan segala hal yang mampu di inderai oleh indera.

Berbagai jenis benda masuk pada tataran lahir, bahkan tulisan-tulisan dalam berbagai aksara seperti tulisan arab, latin, sansekerta, bahkan kryptografi merupakan hal-hal yang sifatnya lahir. Seperti masjid, bendera, kitab, dan lain sebagainya. Nama-nama benda tersebut adalah sebuah identitas yang disematkan untuk mewakili penyebutan dan fungsi khusus atas suatu benda tertentu. Seperti kursi yang merupakan nama bagi sebuah benda yang berfungsi sebagai tempat duduk dan meja yang merupakan pasangan dari kursi yang berguna sebagai tempat menaruh benda-benda.

Sementara hal-hal yang bathin merupakan hal yang non-inderawi, sesuatu yang lebih halus dan dalam. Ia adalah Nilai. Bathin yang sifatnya halus dan dalam menginderai segala hal dalam kehidupan melalui Nilai. Bathin mencerap segala hal yang berada di luar ke dalam diri dan memahaminya, menemukan sebuah makna dan nilai yang ada di dalam sesuatu tersebut. 

Nilai pada benda disebut fungsi, nilai yang ada pada diri manusia lebih kepada sesuatu yang disebut sebagai suatu hal yang menjadikan seseorang menjadi mulia. Seperti sifat ramah dan sopan, sifat santun dan hangat. Sifat-sifat inilah yang menjadikan manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain, dalam kualitas diri (nilai).

Dalam kehidupan, ada orang yang sibuk dengan berbagai hal yang sifatnya lahiriah dan sebagian lainnya sibuk dengan hal yang sifatnya bathiniah. Setiap manusia berada dalam kesibukan bukan...? Bahkan mereka yang tengah bermalas-malasan di dalam kamarnya adalah mereka yang sedang sibuk dengan diri dan kemalasannya...?

Ada orang yang sibuk dengan buku-buku, ada orang sibuk dengan isi dari buku yaitu ilmu. Orang yang sibuk dengan ilmu tentu akan menyentuh buku-buku, karena sebagian ilmu berada pada buku. Namun mereka yang sibuk dengan buku, belum tentu mencari ilmu. Bisa jadi mereka hanya sedang mengumpulkan buku-buku bekas untuk ditimbang di pengepul barang bekas untuk di daur ulang.

Simbol-simbol juga merupakan identitas yang bersifat lahiriah, dimana di dalam simbol biasanya tersimpan nilai sejati yang menjadi bagian utama yang bersifat bathiniah. Seperti peribadatan. Ibadat adalah sebuah ritual tertentu yang dilakukan seseorang sebagai tanda syukurnya kepada Tuhan atas segala karunia yang telah diberikanNya. Peribadatan lahiriah dilakukan dengan gerakkan-gerakkan atau ritual khusus yang disebut sebagai shalat atau sembahyang. Sementara peribadatan yang sifatnya bathiniah adalah bagaimana seseorang mencerap sifat-sifat Tuhan Yang Pengasih, Pemurah dan Penyayang. Maka seorang manusia yang menebarkan kasih sayang dan kemurahan bagi manusia lainnya sedang melakukan sebuah peribadatan bathiniah.

Belakangan pernah ramai dibicarakan di berbagai sosial media, mengenai kasus pembakaran bendera yang dilakukan oleh anggota Banser NU. Bendera tersebut adalah bendera yang secara hukum nasional adalah bendera dari organisasi terlarang, bahkan di beberapa negara lainnya bendera itu juga di larang karena merupakan bendera yang digunakan oleh kelompok teroris terutama di Timur Tengah. 

Kebetulan saja mereka menggunakan simbol lafadz "Laa Ilaha Illa Allah Muhammad Rasul Allah" yang disebut sebagai kalimat Tauhid pada bendera tersebut. Akhirnya dengan alasan membela tauhid dan menegakkan tauhid orang-orang dari ormas terlarang itu bangkit untuk menyerang Banser NU dan melemahkan pemerintah Indonesia.

Jika kita bicara mengenai kalimat Tauhid, maka kita harus memandang bagian manakah yang terpenting bagi manusia?

Apakah simbol tauhid itu yang penting, atau nilai yang ada di dalamnya?

Mengingat seperti yang kita ketahui tadi, bahwa kaum teroris ini menggunakan simbol tauhid untuk melindungi kepentingan dan niat busuk mereka. Sehingga ketika niat busuk mereka terbaca dan kita hendak menyerang mereka, mereka bisa menggunakannya untuk melindungi diri mereka dengan mengatakan bahwa kita menyerang Islam, menyerang simbol-simbol Islam. Padahal jika kita memahami lebih dalam, Islam adalah agama nilai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun