Mohon tunggu...
Ridho Rizqi Wirawan
Ridho Rizqi Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undergraduate Student at University of Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aktualisasi Nilai Pancasila dalam Menangkal Radikalisme

29 September 2022   11:34 Diperbarui: 29 September 2022   11:37 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila merupakan warisan luhur para pendiri yang dipercayakan kepada bangsa Indonesia untuk mempertahankan eksistensinya. Warisan luhur itu, harus menjadi pedoman dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pandangan hidup dan filsafat itu merupakan kristalisasi nilai – nilai yang harus benar oleh masyarakat Indonesia yang berpose baginya untuk mewujudkannya dalam sikap perilaku dan tindakan. 

Sikap dan pola perilaku masyarakat Indonesia harus mencerminkan proses implementasi nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila sebagai pernyataan identitas bangsa Indonesia, yang merupakan hasil pemikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang baik yang memberikan watak, corak, dan ciri khas masyarakat Indonesia. 

Sejak awal proses perumusannya, Pancasila selalu diklaim sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, sehingga perlu dikaji lebih mendalam, tentang nilai-nilai dan pertimbangan tersebut hingga mencapai pemahaman baru tentang operasionalisasinya. tingkat nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Pancasila adalah kreativitas dan bentuk baru yang sesuai dengan keadaan daripada ideologi Indonesia.

Indonesia memiliki 1.331 kelompok suku dan 652 bahasa daerah. Dengan kemajemukan tersebut negara mengajarkan tentang toleransi dan pluralisme melalui semboyan yang dikenal ‘Bhineka Tunggal Ika’, berbeda-beda namun tetap satu jua. Nilai-nilai demokrasi, agama, dan pluralisme juga terkandung dalam dasar negara, Pancasila. Meski begitu, demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut. Tantangan terbesar saat ini adalah menguatnya politik identitas.

Di daerah perbatasan, pembentukan kepribadian menjadi cukup mengkhawatirkan dalam proses penumbuhan warga negara. Proses penumbuhan nilai-nilai itu merupakan salah satu cara mempersiapkan warga negara untuk menyambut pengaruh budaya asing.

Salah satu cara yang dianggap memiliki peran penting dalam menyikapi budaya asing adalah dengan berperilaku sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Sulit membayangkan kehidupan bangsa Indonesia yang benar-benar sejahtera tanpa Pancasila yang merupakan rumusan sikap budaya Indonesia. 

Nilai merupakan hasil galian dari unsur nilai dan kebiasaan hidup dalam masyarakat. Republik Indonesia tidak akan hidup dengan berkelanjutan dan sejahtera jika Pancasila hanya menjadi jiwa bangsa dan tidak meresap ke dalam jiwa rakyatnya. 

Pancasila memberikan corak yang khas dan tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia sehingga menjadi ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. Pancasila dipandang sebagai ideologi yang mengandung tiga dimensi penting dalam menjaga relevansinya dengan perkembangan zaman. Ketiga dimensi tersebut adalah (1) dimensi realitas, (2) dimensi idealisme, (3) dimensi fleksibilitas. 

Proses revitalisasi Pancasila yang dilakukan oleh para guru di daerah perbatasan merupakan hal yang dinilai positif. Saluran informasi melalui sekolah atau lembaga pendidikan tentunya berbentuk pengajaran yang diberikan oleh guru kepada siswanya, dalam hal ini tergantung pada kualitas intelektual guru yang meminta untuk diserap oleh siswa tersebut. 

Pada awalnya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang penghayatan dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 

Ada model lain yang dipraktikkan guru-guru di perbatasan untuk merevitalisasi Pancasila, yaitu menggunakan cerita. Cerita bervariasi oleh guru yang dirasa mampu menghubungkan pola perilaku dalam cerita dengan fakta maupun kesenjangan harapan yang diinginkan oleh peserta didik. 

Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama melalui proses pendidikan yang berkesinambungan dan terarah agar kesadaran dan kesiapan untuk mengimplementasikan Pancasila dapat dilakukan dalam pengamalan kehidupan sehari – hari melalui pendidikan dan kenyataan hidup bermasyarakat.

Dalam merevitalisasi Pancasila yang dilakukan adalah menghidupkan dan memperkuat sikap budaya bangsa, namun prosesnya tidak sampai tujuan akhir tidak terintegrasinya nilai-nilai inti Pancasila dengan maksud dan tujuannya. Pelestarian kemanjuran dan kesaktian Pancasila perlu dibudayakan secara nyata dan berkesinambungan melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya oleh setiap masyarakat Indonesia.

Revitalisasi Pancasila kepada siswa di sekolah harus didasarkan pada pengamalan setiap sila. Pancasila adalah sistem nilai, oleh karena itu sila Pancasila pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Proses pengamalan Pancasila dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari apabila sikap, mental, pola pikir dan perilaku telah dijiwai oleh sila-sila Pancasila dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.

Kehidupan sosial masyarakat mengacu pada identitas nasional. Identifikasi nasional mengacu pada pemajuan identitas nasional yang bersifat budaya dan politik, aspek kehidupan masyarakat mengacu pada identitas nasional. Perilaku manusia yang berbeda berorientasi pada hubungan antar sesama untuk dapat menjamin kesejahteraan warganya. 

Berbagai contoh kehidupan masyarakat dengan mengacu pada sikap nasionalisme. Salah satu contoh nasionalisme siswa di SMP Negeri 1 Atambua adalah selalu menggunakan produk dalam negeri meskipun berada di daerah perbatasan. 

Nasionalisme dapat dicontohkan dalam bidang olahraga yang mengacu pada fenomena sosial dan menciptakan rasa solidaritas. Pada umumnya orang tua ingin anaknya dibekali dengan berbagai materi agar karakternya bisa menjadi warga negara yang berkarakter. 

Perlu disadari bahwa orang tua berusaha sepenuh hati dalam rangka memenuhi kebutuhan anak. Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter setiap individu. Jika orang-orang di rumah maka komunitas keluarga harus membantu pola perkembangan anak. 

Pengembangan karakter tidak dapat dipisahkan dengan pembentukan kepribadian setiap individu di lingkungan keluarga dan sekolah. Sekolah memiliki peran dalam membentuk karakter siswa melalui proses pembelajaran di kelas dan kegiatan ekstra di sekolah. Dalam konteks sosial setiap individu menekankan pada perilaku serta menjaga hak-hak universal setiap orang.

  Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, maka para guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di wilayah perbatasan khususnya di SMP Atambua selalu berusaha merevitalisasi Pancasila dengan tujuan menciptakan peserta didik sebagai warga negara Pancasila yang berjiwa nasionalisme tinggi. Pembentukan sikap nasionalisme terhadap warga negara (peserta didik) diperlukan agar dapat menjadi bekal kehidupan masyarakat. 

Nasionalisme sangat diperlukan bagi masyarakat di daerah perbatasan yang berbatasan antara Negara Indonesia dengan Timor Leste. Nasionalisme yang baik dapat menjaga keutuhan dan kemakmuran suatu bangsa dan pembangunan nasional akan lebih baik. 

Sikap nasionalisme setiap warga negara menjadi penting untuk dikembangkan baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Pembentukan nasionalisme di sekolah melalui kegiatan ekstra sekolah dan proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan. 

Nurdin melalui pendidikan kewarganegaraan dapat menanamkan norma-norma kehidupan seseorang yang demokratis sehingga dapat menumbuhkan rasa keadilan, tanggung jawab, cinta tanah air dan kejujuran pada warga negara.

Masuknya radikalisme melalui guru dapat berarti guru tidak memahami nilai-nilai Pancasila sehingga mengabaikan tuntutan kebijakan pendidikan nasional. Filosofi Pancasila sulit dipahami oleh guru oleh karena itu perlu adanya manajemen perubahan di sekolah/lembaga pendidikan. 

Oleh karena itu perlu dipahami nilai-nilai Pancasila guna mencegah masuknya pengaruh radikalisme. Guru yang membiarkan bahkan menyetujui masuknya paham radikal harus diberikan pembinaan khusus untuk dapat memahami makna spiritual dalam Pancasila. 

Sedangkan landasan hukumnya, termuat dalam UUD 1945 dan amanat Pancasila untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menangkal radikalisme merupakan kewajiban warga negara dalam menjaga keamanan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan saat ini semakin banyak radikalisme yang menggoyahkan masyarakat. Dilihat dari perkembangan radikalisme saat ini, banyak elemen masyarakat yang berusaha untuk melawan paham-paham tersebut. 

Sekolah merupakan lembaga yang membentuk warga negara menjadi cerdas dan manusiawi dengan menjunjung tinggi nasionalisme. Dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan selalu memuat materi-materi yang menekankan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme dengan tujuan untuk membentuk karakter peserta didik.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun