Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Definisi Rindu

1 November 2024   17:57 Diperbarui: 1 November 2024   17:59 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Sabri Hidayatillah


Rindu sebagai suatu sistem politik pada perasaan manusia, menghantarkan manusia pada tingkatan tertentu dalam menahan ataupun menuangkan rindu. Perasaan yang tersandera oleh rindu
membawa manusia pada sistem demokrasi, dimana manusia berhak dan bebas untuk mengekspresikan rindu pada apapun dan kepada siapapun. Rindu
adalah sistem politik yang demokratis tapi membingungkan.

Adakala rindu menunggu prinsip kesamaan terhadap apa yang dirindukan. Rindu memungkinkan manusia lebih jujur dan adil untuk mengekspresikan rasa melalui tindakan dan deskripsi kata-kata. Rindu dapat dicemooh oleh waktu. Perasaan merupakan perwakilan dari segala tindakan kerinduan. Rindu yang teraktualisasi merupakan kebebasan politis seluruh manusia.

Rindu dideskripsikan sebagai loncatan perasaan karena mengingat berbagai peristiwa atau kebiasaan yang pernah dialami dan dirasakan. Rindu membutuhkan suara untuk didengarkan dalam setiap ungkapan, juga membutuhkan waktu dalam setiap perencanaan. Rindu adalah energi paling positif bagi manusia, akan berubah menjadi energi negatif jika tidak dapat diterjemahkan dengan baik oleh purbannya rasa. Rindu membutuhkan proses demokratisasi dalam setiap
ungkapan dan perilaku.

Rindu tersusun atas kebijakan serta kebijaksanaan rasa yang dilandaskan pada
pengalaman rasa tentang sebuah peristiwa yang terekam dalam memori kehidupan. Rindu memiliki
nuansa dramatis karena dibarengi dengan potensi kecemasan dan kekhawatiran. Rindu berpotensi menjadi suka jika duka sulit dipercaya dan duka dihempaskan dari atmosfer rasa. Rindu adalah ilham bagi setiap peristiwa. Setiap
proses berjalannya waktu, rindu menempati poros tertinggi ketika manusia beranjak naik ke tahap
selanjutnya. 

Manusia tidak hidup dalam stagnansi.
Manusia adalah makhluk yang dinamis. Rindu memusatkan perasaan pada keangkuhan diri untuk mewujudkan perasaan yang mendalam akan berbagai hal. Rindu terdefinisikan dalam jalinan suasana. Rindu sering timbul dan tenggelam seiring dengan suasana yang berlangsung. Rindu berkembang menjadi kesejukan pikiran untuk mengingat harmonisasi kehidupan. Iklim politik pada rindu memberikan ruang bagi manusia untuk berfikir dan mengingat segala jenis peristiwa yang dialami.

Rindu mampu membangkitkan semangat tak terduga. Rindu membawa manusia ke arah yang tajam dan kritis dalam mengetuk pilihan-pilihan.
Rindu adalah temu yang direncanakan, dan temu adalah rindu yang masih bersarang dalam perencanaan. Rindu mengaktualisasikan manusia dalam wilayah serba keterpilihan. Rindu membawa manusia pada iklim rasa yang variatif, namun tidak fluktuatif. Rindu ialah rindu yang tak membutuhkan naik turunnya sebuah rasa jika rindu dinikmati sebagai hasil dari percikan memori dan
ingatan terhadap peristiwa romantis dan duka.

Rindu sukar dipahami sebagai kenikmatan materi,namun rindu mudah dipahami sebagai kenikmatan akal kemudian dituangkan dalam kenikmatan khayal.
Rindu memungkinkan rasa untuk memohon kepada waktu agar waktu mengulangi dirinya. Rindu adalah nilai dari keberdayaan pikiran, namun tersembunyi dalam ketidakberdayaan rasa jika tidak diutarakan. Rindu itu purba, lebih purba dan zaman purba. Rindu memungkinkan manusia mengalami penonjolan hati daripada pikiran. Pikiran yang dirindukan adalah pikiran yang selalu bermesraan dengan hati, berjalan beriringan namun berkompetisi, berjalan berjauhan namun saling menuntun agar sampai pada kenikmatan dan kebahagian yang diinginkan.

Pikiran adalah teman dari hati yang senantiasa menampakan perasaan kepada apapun dan siapapun. Pikiran yang mempunyai perasaan adalah hasil dari kemesraan hati dan otak. Hati dan pikiran sering bertengkar untuk menentukan dan memutuskan pilihan yang diambil, membutuhkan waktu yang lama, kehangatan keduanya sering tidak begitu stabil saat berdialog untuk menentukan pilihan, namun pada iklim lain hati dan pikiran akan saling merindukan satu sama lain. Karena rindu yang dahsyat biasanya muncul dari ketidaksesuaian hati dan pikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun