Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Politik adalah Transaksi Nilai, Bukan Alat Kekuasaan

16 Maret 2024   15:20 Diperbarui: 16 Maret 2024   15:46 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pribadi

Oleh: Muhamad Ali Paokuma (Formature/ Ketua Umum Terpilih HMI Cabang Kupang)

Gagasan-gagasan politik yang hidup pada kampus-kampus adalah gagasan teoritis yang mengarah pada sebuah pengharapan nilai (value) bukan semata kepentingan kekuasaan. Per hari ini kenyataan politik seakan di giring untuk memasuki dunia gelap dengan transaksi bawa meja yang meresahkan masyarakat sebagai pilar terakhir demokrasi.

Gagasan pemilu Langsung Umum Bebas dan Rahasia (LUBER) seakan menjadi momok tak berdaya di tangan elit partai politik yang menjadikan para kontestan seakan bidak catur yang siap di letakan dimana saja sesuai keinginan ketua partai. Ratu Wulla adalah politisi dari partai nasdem yang siap bertengker disenayan kian pupus harapan karena penugasan partai atas dirinya yang cenderung tiba-tiba, patut untuk di curigai sebagai bagian dari sekema untuk merusak demokrasi, dimana rakyak hanya dibutuhkan sesaat setelah itu dibuang seakan tiada arti.

Ratu Wulla adalah politisi perempuan yang mewakili Nusa Tenggara Timur (NTT) yang seterusnya disebut NTT pada dapil II untuk masuk kesenan dengan perolehan suara 76.318, ini menunjukan bahwa NTT  adalah salah satu provinsi yang siap membuka diri menerima moderenitas ditengan kuatnya budaya partiarki. Masyarakat NTT dari dapil II harus menelan pil pahit; atas penugasan partai Nasdem secara tiba-tiba kepada Ratu Wulla menyebabkan rusaknya tatanan demokrasi sekaligus hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap politisi Ratu Ngadu Bonu Wulla yang mayoritas telah mempercayai untuk membawa aspirasi perempuan Nusa Tenggara Timur dikancah perpolitikan nasional harus pupus.
Ini adalah cerminan buruk atas maraknya transaksi politik.

Ratu Wulla harus segerah melakukan klarifikasi atas penugasan yang dilakukan oleh partai nasdem kepada dirinya dan segerah memohon maaf kepada seluruh masyarakat yang telah memilihnya sebagai bentuk dari penyesalan atas ketidak konsisten dirinya dalam menjalankan amanah sebagai wakil rakyat. Ketidakbecusan ini harus segarah di selesaikan agar tidak menjadi momok pada pesta demokrasi yang akan datang pada tahun 2029. Bisa saja dengan kejadian hari ini menjadi sejarah pahit partai nasdem dalam kanca perpolitik di dapil II NTT sebagai bentuk ketidak percayaan masyarakat kepada partai nasdem dalam menjalankan amanat demokrasi.

Keterwakilan kaum perempuan yang di anggap sepeleh oleh elit partai seakan memberikesan bahwa 30% keterwakilan kaum perempuan hanyalah sekema untuk menarik suara dari golongan perempuan untuk terlibat langsung dalam pilihan politik setelah itu dibuang karena pada dasarnya perempuan hanyalah selingan politik dan bukan pemain utama pada pesta demokrasi 2024.
Politisi perempuan adalah politik Sumum Bonum dalam transaksi politik yang dilakukan elit partai untuk memuluskan kemenangan.

Tercatat KBRN, Jakarta: Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menyampaikan bahwa suara perempuan sangat berharga pada penyelenggaraan Pemilu 2024 mendatang. Sebab, berdasarkan data di Daftar Pemilih Tetap (DPT) di KPU suara perempuan lebih banyak dari pada suara laki-laki. 

"Dari data KPU jumlah pemilih perempuan ada 102.474.462 jiwa (50,08 persen). Sedangkan untuk jumlah pemilih laki-laki ada 102.181.591 jiwa atau 49,92 persen yang tersebar di 38 provinsi," kata Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja kepada wartawan di Kantor Bawaslu RI Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Dengan persentasi pemilih perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pemilih laki-laki yang membuat partai-partai yang berkontestasi pada pemilu 2024 seakan berebut suara perempuan dengan cara menghadirkan politisi perempuan bukan sekedar memenuhi kuota 30% melainkan terkesan sebagai pemain utama dalam perpolitikan 2024 untuk menggarap suara banyak-banyaknya. Kader partai Nasdem Ratu Wulla harus dicurigai sebagai cerminan politik sumum bonum yang dijadikan alat pemikat suara oleh partai setelah itu dibuang dengan dalih penugasan.

Sekema politik Ini adalah cerminan buruk demokrasi, yang dimainkan oleh partai nasdem melalui kadernya Ratu Wullah harus dilihat sebagai satu refleksi untuk pesta demokrasi di tahun 2029, dan partai nasdem harus menjadi tanda tanya untuk kita memilihnya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun