Hari ini, perubahan yang terjadi mengarahkan pandangan umat manusia menuju satu masa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perubahan yang terjadi sekarang tidaklah lahir dari ruang hampa, melainkan lahir dari rentetan waktu yang seiring berjalan dan menciptakan sebuah peradaban baru yang bisa kita sebut sebagai peradaban digital (digital civilization).
Peradaban digital ini tak bisa lepas dari sisi pragmatis yang ditimbulkan akibat adanya revolusi saintifik, yang terjadi sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 dan memicu terjadinya gelombang masif dalam pengembangan teknologi sampai di pertengahan abad ke-20 terciptanya internet yang kemudian menjadi transisi dari revolusi industri 3.0 menuju ke revolusi industri 4.0.
Dunia telah membuka lembaran peradaban baru dengan hadirnya inovasi seperti media sosial dan kecanggihan dari kecerdasan buatan (AI) yang kemudian memunculkan istilah baru seperti Internet of Things (IoT) sampai Artificial Intelligence of Things (AIoT), telah banyak memberikan corak dan warna baru bagi kehidupan manusia baik itu secara individual maupun komunal dalam kurun waktu sekitar dua dasawarsa ini.
Tak bisa dipungkiri, umat manusia dewasa ini tidak bisa melepaskan diri dari kemajuan teknologi. Hampir setiap hari, dari bangun tidur sampai tidur lagi kita hampir tidak bisa lepas dari penggunaan gawai seperti smartphone, laptop, televisi dan lain sebagainya. Dengan akses yang begitu mudahnya, orang-orang lebih dimudahkan dalam menyelesaikan pekerjaan, membangun koneksi bahkan sampai memesan makanan, ini semua dimudahkan dengan adanya kecanggihan teknologi ini.
Diantara berbagai kecanggihan yang hadir, yang menjadi sorotan utama adalah penggunaan media sosial. Berbagai macam platform media sosial bermunculan dan menawarkan berbagai fitur-fitur menarik yang bertujuan sebagai wahana dalam berkomunikasi dengan orang lain maupun sebagai sarana untuk menemukan informasi dan hiburan.
Media sosial menciptakan sebuah konsep global village, yaitu fenomena di era globalisasi yang menyatukan berbagai individu di belahan dunia manapun menjadi sebuah desa besar tanpa mengenal identitas negara, suku atau bangsa. Kita bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang tinggal beribu-ribu kilo jauhnya dan melintasi batas-batas negara sebagai akibat dari networking atau jaringan dari penggunaan media sosial ini.
Inilah sebuah keajaiban yang diciptakan oleh media sosial. Disini, kita mampu melihat potensi dari media sosial dalam memberikan pandangan positif bagi umat manusia dewasa ini. Maka dari itu, berbagai macam platform berlomba-lomba dalam menghadirkan teknologi yang paling terbarukan dalam rangka untuk membuat kenyamanan dan kemudahan dalam berselancar di media sosial.
Peran penggunaan media sosial memberikan banyak sekali manfaat positif yang ditawarkan. Bisa dibilang, dampak pragmatis yang diberikan oleh media sosial terbilang cukup menciptakan kondisi utopis di tengah kehidupan masyarakat. Namun, di satu sisi media sosial tidak melulu memberikan pengalaman positif dan menyenangkan bagi orang-orang.
Ada dampak buruk yang bisa dikatakan sebagai ekses negatif yang ditimbulkan akibat pemanfaatan media sosial ini. Oleh karenanya, medsos ini bukan saja hadir sebagai sebuah kondisi utopis semata namun juga punya ancaman sebagai distopia yang merusak bagi masyarakat dewasa ini.
Ancaman ini bukanlah hanya sekedar gurauan semata, karena realita telah mempertontonkan betapa destruktifnya dampak yang dibuat dari pengaruh buruk media sosial bagi umat manusia. Seringkali, kita menyepelekan hal-hal seperti ini, tetapi sebenarnya, akibat buruk dari penggunaan media sosial dapat memengaruhi kehidupan individual maupun komunal.
Sudah tentu ini merupakan problematika serius yang menjadi momok menakutkan dalam konteks menjalin kohesi sosial di tengah kehidupan masyarakat. Eksistensi keharmonisan yang terbangun di tengah masyarakat terancam goyah dengan adanya preseden buruk yang ditimbulkan dari media sosial.