Dunia mulai memasuki era generasi Z --terlepas dari maraknya isu generasi millennial. Terdapat cukup banyak perbedaan tentang rentang kelahiran Generasi Z, sehingga penulis akan mengatakan bahwa generasi ini lahir pada pertengahan 1990-an (Kalau menggunakan pijakan PEW Research Center, generasi diatas 1996 adalah generasi baru)
Berarti, kita telah mengenal internet, telepon genggam, dan komputer. Disebut juga generasi instan, memiliki ambisi dan kepercayaan diri tinggi. Dalam suatu sumber lain mengatakan bahwa generasi Z memiliki sindrom FOMO (Fear of Missing Out).Â
Penelitian yang dilakukan oleh Tirto mengenai selera musik bahwa genre rock semakin tidak diminati dan digantikan oleh lagu-lagu pop. Dari definisi tersebut, saya melakukan refleksi dan satu pertanyaan muncul di benak saya: Apakah definisi tersebut menggambarkan diri saya yang lahir pada tahun 1997 dan dikategorikan sebagai generasi Z?
Memang definisi dan hasil riset tersebut hanya menjadi gambaran umum tentang generasi  Z dan saya tidak akan menyalahkan itu. Kedua hal tersebut berguna sebagai riset lanjutan maupun sebagai sumber rujukan.Â
Tetapi, bagi saya, definisi, hasil riset serta karakteristik yang dihasilkan oleh berbagai penelitian hanya sebagian menggambarkan diri. Seringkali, kita terjebak terhadap definisi yang dikeluarkan oleh orang lain yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan aspek yang ada dalam diri kita sendiri.
Saya akan mulai dari riset yang mengatakan bahwa generasi Z lebih menyukai musik Pop. Itu tidak sepenuhnya benar, karena memang dalam riset bersifat kuantitatif, metode yang digunakan adalah random sampling yang populasinya tidak begitu representative dan purposive sampling yang berguna untuk menetapkan batas atau ketentuan dalam penelitian.
Sedangkan dalam definisi generasi Z yang mengalami sindrom FOMO, mungkin benar bahwa kita terkadang takut untuk ketinggalan kabar ataupun informasi, saya menanggapi ini secara positif bahwa di era informasi ini, segala informasi bisa berguna. Tetapi, memang ada baiknya semua informasi harus divalidasi kembali agar bisa mendapatkan informasi yang valid.Â
Sejauh tidak berlebihan, saya rasa FOMO ini memiliki arti positif, sedangkan saya sendiri bukan termasuk FOMO jika bukan berada dalam suatu situasi yang membutuhkan segala informasi yang ada, seperti mencari lowongan pekerjaan dan beasiswa untuk studi S2. Selain itu, tentang fashion ataupun film terkini, saya terkadang tidak terlalu memikirkannya, karena semakin dewasa, bagi saya sindrom itu akan terkikis dengan sendirinya.
Generasi Z memiliki kepercayaan diri dan ambisi tinggi itu mungkin saya masih mempertanyakannya, bukan secara kritis, tetapi dua hal itu akan mengalami penyesuaian nantinya.Â
Menghadapi realita di Indonesia ini, kita akan menyesuaikan ambisi sesuai dengan kenyataan yang terpampang di depan mata sehingga kepercayaan diri tetap terjaga. Bukan kepercayaan diri yang idealis tetapi lebih ke kepercayaan diri yang bersifat pragmatis. Tekad yang masih bertahan dan masih tinggi adalah bagaimana membahagiakan kedua orang tua dan itu pasti. Setidaknya, itulah yang saya yakini.