Mohon tunggu...
Ridhony Hutasoit
Ridhony Hutasoit Mohon Tunggu... Auditor - Abdi Negara

Aku ini bukan siapa-siapa, hanya terus berjuang meninggalkan jejak-jejak mulia dalam sejarah peradaban manusia, sebelum kelak diminta pertanggungjawaban dalam kekekalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjawab Tantangan Karantina Writingthon Asian Games (Prolog)

15 Agustus 2018   22:32 Diperbarui: 16 Agustus 2018   00:09 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang memulai sesuatu adalah perkara yang tidak mudah, seperti  menyatakan cinta, hingga menulis. Karantina dari tanggal 15-18 Agustus 2018 yang saya ikuti kali ini  ternyata memiliki tantangan tersendiri, yaitu "marathon" menulis apapun terkait pengalaman rasa dan nuansa Asian Games 2018 selama Karantina.  

Bagi saya hal ini menarik, selain karena hadiahnya cukup menggiurkan,  tantangan ini merangsang celah sinapsi dalam otak untuk menemukan  berbagai stimulus agar jemari ini mulai mengguratkan berbagai kisah.

Baiklah, saya akan mulai berkisah dengan nuansa Jakarta yang berubah  dalam menyambut kompetisi Internasional ini. Setiba di bandara,  icon-icon Asian Games sangat signifikan nampak. Bahkan sepanjang  perjalanan, saya menyaksikan Jakarta mempercantik diri demi menyambut  tamu-tamu dari perbagai negara. 

Nuansa yang saya paling senangi adalah  kebersihan dan keapikan penataan infrastukturnya, serta dukungan  berbagai entitas seantero Jakarta atas kehadiran Asian Games Ke-18 ini.  

Hal ini terlihat bagaimana berbagai gedung turut memperkaya dekorasinya  dengan tema Asian Games yang dipadukan dengan perayaan Hari Kemerdekaan  tanah air. Mulai dari tempat ibadah, hotel, instansi pemerintah, hingga  gedung-gedung pencakar langit menyajikan "pengingat" atas acara akbar  ini.

Sampai di Hotel Millenium, lokasi karantina, saya menemukan semangat dan  nuansa Asian Games tersendiri melalui perjumpaan dengan para pemenang  writingthon dari perbagai penjuru Indonesia, baik kategori blogger  maupun mahasiswa/pelajar. Anak-anak muda ini memilih  bermain kata,  diksi, hingga persuasi dalam prosa demi menginspirasi negeri bahwa Asian  Games harus terus didukung dan perlu dibanggakan. 

Semangat ini berpadu  unik dengan keindahan rona masing-masing peserta, mulai dari logat,  persepsi, variasi rupa, pola pikir, tingkah laku, dan tentunya perbagai  kisah di balik kemenangan mereka. 

Dalam perbedaan, semuanya menyatu  dalam satu dukungan agar Indonesia bermartabat sebagai tuan rumah Asian  Games untuk kedua kalinya. Kolaborasi ini menunjukkan kekuatan  "energy  of asia"  makin menggema dari dalam negeri terlebih dahulu. 

Rasa  syukurpun memenuhi ruangan karantina karena kompetisi Writingthon yang  diadakan Kominfo dan Bitread ini menjadi media menjejakkan sejarah  prestasi tingkat nasional dengan menulis.

Nah, mau tahu kisah lain untuk menjawab tantangan ini? Tunggu posting selanjutnya ya hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun