Mohon tunggu...
Ridho Atha Maulana
Ridho Atha Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang ingin belajar menulis dan berbagi informasi terkini serta ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Broken Home: Salah Satu Pemicu Resesi Seks

24 Desember 2022   14:18 Diperbarui: 24 Desember 2022   14:24 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dimana mereka saling memberikan kenyamanan, keamanan, dan kasih sayang. Setiap anggota keluarga pasti ingin berusaha untuk menciptakan keluarga yang harmonis.

Keluarga harmonis adalah keluarga dimana seluruh anggota menjalankan hak dan kewajiban masing-masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian, komunikasi dan kerjasama yang baik antara anggota keluarga. Lalu apa yang terjadi jika mereka gagal menciptakan keluarga yang harmonis? 

Keluarga yang tidak harmonis biasa kita sebut dengan 'broken home'. Broken home memiliki arti kondisi keluarga yang tidak utuh, tidak rukun, sering terjadinya perselisihan antar suami istri. Penyebab broken home terdapat berbagai macam, seperti perceraian ataupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Broken home akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sang anak nantinya. 

Kebanyakan anak broken home akan mengalami trauma dan memiliki rasa takut yang berlebih. Melihat orang tua mereka berpisah, perlakuan ayah ke ibunya yang kasar, atau bahkan perlakuan keras kepada sang anak. Hal-hal tersebut akan membuat rasa trauma mendalam kepada si anak. 

Jika rasa trauma tersebut masih belum sembuh hingga anak tumbuh dewasa, bisa jadi tidak mungkin anak tersebut enggan untuk menikah. Apalagi pada anak perempuan, yang pasti akan merasa takut untuk berumah tangga dengan laki-laki lain. Dalam memori si anak, semua laki-laki memiliki sifat yang sama.

Mereka menganggap semua laki-laki akan memperlakukan yang sama seperti ayahnya yang memperlakukan ibunya dengan kasar. Mereka trauma. Mereka trauma dengan laki-laki. Mereka bisa berteman dengan seorang laki-laki namun tidak bisa untuk menikah dengannya karena rasa takut masih menghantui diri mereka.

 Jika kasus tersebut semakin banyak, maka akan terjadi resesi seks. Resesi seks yaitu sebuah fenomena keengganan untuk memiliki anak, berhubungan badan, atau enggan untuk menikah. Resesi seks akan menimbulkan turunnya angka pernikahan dan angka kelahiran. Untuk mengatasi resesi seks, perlu untuk membenahi sumber akarnya.

Orang tua sangat berperan penting dalam mengarahkan kehidupan anaknya nanti. Pemberian edukasi terhadap pasangan yang hendak menikah bisa jadi alternatif. Mereka dididik dan diberikan edukasi tentang kehidupan pernikahan. Sehingga mereka paham akan arti pernikahan itu sendiri dan berpeluang besar untuk menciptakan keluarga yang harmonis. 

Keluarga yang harmonis akan dapat menekan resesi seks. Anak akan merasakan penuh kasih sayang terhadap orang tuanya. Ketika si anak sudah beranjak dewasa, dia akan mulai berpikir untuk menjadi ayah yang tangguh atau ibu yang hebat seperti kedua orang tuanya. 

Harapan penulis semoga banyak keluarga yang terlahir harmonis, sehingga dapat menekan resesi seks yang dapat menghantui Indonesia saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun