Tak terasa sudah satu tahun lebih saya tinggal di asrama ini. Ya, asrama yang didirikan oleh bangsa asing yang dipelopri orang Turki. Sudah 50 tahun, tepatnya pada tahun 1959 asrama ini didirikan di Turki. Berawal dari ditentangnya pengajaran agama Islam disana, sehingga muncul pergerakan – pergerakandakwah secara sembunyi – sembunyi. Pada awalnya sulit untuk mengajarkan agama, bahkan orang yang mau belajar saja mendapatkan bayaran dari yang mengajarnya. Beberapa ulama sana, mengajarkan agama kerumah – rumah dan akhirnya didirikan asrama – asrama. Bahkan sekarang asrama tersebut sudah memiliki 7000an cabang di seluruh dunia. Di Indonesia, asrama ini berdiri sejak tahun 2005 dan kini sudah memiliki 9 cabang di Kalimantan, Aceh 2, Yogyakarta, Jakarta 5. Dari asrama SMP, SMA, Perguruan Tinggi, hingga Pesantren khusus bagi orang – orang yang tidak bersekolah. Rata – rata jumlah murid di setiap asrama berjumlah 50 orang.
Tujuan asrama ini mengajarkan agama islam dan mendidik akhlak para muridnya. Semua murid yang ingin belajar agama akan diasramakan dan akan mendapatkan fasilitas – fasilitas, seperti makan, pendidikan (agama, bahasa inggris, bahasa turki). Fasilitas tersebut diberikan secara gratis tanpa dipungut bayaran. Fasilitas tersebut sangat berkelas, mulai dari makanan yang bergizi, wifi, dan pelengkap lainnya layaknya hotel (non TV). Mereka mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran, malah saya baru mendapatkan guru – guru sebaik ini. Kata mereka, kita harus memberikan yang terbaik kepada semua orang. Pengajar di asrama tempat saya tinggal berasal dari tiga Negara, yaitu Turki, Kazakhstan, dan Maroko. Mereka berjumlah lima orang untuk mendidik 56 orang mahasiswa dan 54 SMA.
Kalau berbicara masalah yang diajarkan, pastilah sensitif sekali. Apalagi bila yang diajarkan adalah agama Islam. Banyak kelompok – kelompok islam yang memiliki aliran berbeda, sehingga mereka memilih memisah dengan kelompok tersebut. Semua kelompok mengklaim dialah yang paling benar dengan ajarannya, sehingga membuat umat Islam sangat sulit bersatu.
Dalam hati sebenarnya berpikir, apakah pengajar asrama saya memiliki tujuan lain? Apa murni hanya untuk mengajarkan agama? Dana yang diperoleh untuk asrama ini berasal dari zakat, sedekah umat Islam di seluruh dunia. Banyak tamu – tamu dari berbagai Negara berkunjung untuk meliha asrama ini. Walaupun asrama ini sangat identik dengan Negara Turki, tetapi saya tidak melihat ada keinginan mereka untuk tujuan lain. Berdasarkan pandangan subjektif saya, mereka begitu tulus, dan baik dalam mendidik muridnya bahkan tidak mengenal istilah jam kerja. Bayangkan saja, misalkan saya memiliki niat buruk mungkin saya hanya ingin menikmati fasilitasnya saja dalam beberapa waktu, kemudian ketika sudah bosan saya memilih untuk keluar. Ya, di asrama ini tidak ada unsur paksaan untuk orang yang ingin belajar. Jika mereka masih ingin belajar, maka mereka dapat melanjutkan pendidikannya hingga lulus atau sebaliknya.
Kalau dilihat dari asal Negara pengajarnya, jelas tidak ada unsur untuk mendapatkan sesuatu. Walaupun asrama ini didominasi oleh orang Turki. Kata mereka, kami bersatu karena Islam dan kami akan memperjuangkannya. Bayangkan saja dengan memilik 7000an cabang asrama di seluruh dunia yang terletak di dekat sekolah – sekolah, bisa dipikir bahwa asrama ini ingin mendidik akhlak dan moral generasi muda. Lagi menurut subjektifitas saya, murid lulusan asrama ini sangat berbeda apalagi jika mereka melanjutkan pendidikannya di Turki. Program asrama ini, berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Turki dan itu pun tidak dipungut biaya.
Jujur saya sangat terharu dan malu, kenapa tidak ada usaha dari bangsa ini sendiri untuk mendidik rakyatnya. Kenapa harus Negara lain yang dan memulai dan melakukannya?
Untuk penjelasan lebih lanjut, Asrama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) asrama SMA dan Mahasiswa tempat saya tinggal beralamat di Jalan Pekayon 1, No 16B, RT01/RW03, Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Atau dapat mengakses situs www.uicci.org …………
Oleh : Ridho Mardatilah (Mahasiswa FKM UI 2008)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H