Mohon tunggu...
Ridho Brilliantoro
Ridho Brilliantoro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Student of Life, Indonesian Words Composer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tengah Hari

2 Maret 2013   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ini bukan hanya tentang pagi yang penuh harap serta janji. Ini tengah hari. Saat janjimu pada masa depan mulai kau rangkai. Bait demi bait sebaiknya”

Aku melangkah. Menyapa sebentangan kampus dengan berbagai sudutnya. Seperti biasa, ruang bersekat-bertingkat maupun ruang alam yang diwarnai hijaunya pepohonan pemasok oksigen segar ini, masih dengan kerelaannya menopang segala aktivitas penghuni yang menyiapkan masa depan atau mereka yang menyiapkan keberanian untuk sekedar menghadapi kenyataan hidup hari ini. Dalam banyak anggapan, orang-orang percaya bahwa kampus adalah miniatur hidup nyata, ruang bagi para generasi muda untuk belajar tentang apa saja, untuk kepentingan masa depannya. Ya, masa depan dirinya sendiri, atau mungkin masa depan negeri ini.

Hari ini cerah”, kataku dalam hati. Tak lama detik berselang, aku menghentikan langkah perlahan. Mataku tertuju pada lelaki sebaya yang duduk berteduh dibawah pohon rindang itu, persis di sisi kanan depan gerbang kampus. Ia mengenakan baju berkerah dipadu dengan rompi yang terlihat lusuh. Baju dan rompi itu dipadu dengan celana hitam dan topi abu-abu yang hampir sama lusuhnya. Satu-satunya yang mencolok adalah sandal jepit putih biru yang terlihat masih baru. Lelaki bertopi abu-abu itu menyeka keringat, kemudian mengambil setumpuk koran berbagai “merk” yang berada disampingnya. Sang loper koran kembali bersiap menukar peluh keringatnya dengan lembaran rupiah. Mungkin hanya untuk hidupnya hari ini saja.

Tak jauh dari lelaki sebaya itu, aku duduk lalu meneguk dihidrogen monoksida mineral yang dalam botol minum buatan Korea. Terkadang, aku menikmati sejenak waktu sebagai pengamat kehidupan, tanpa perlu sekaligus berperan sebagai pemberi komentar atas hidup orang lain. Cukup mengamati, memaknai ataupun sekali-kali kutulis menjadi paragraf yang nyatanya lebih sering terlihat abstrak. Orang-orang dalam berbagai pekerjaan adalah objek nyata bagaimana seseorang berjuang keras untuk menghidupi hidupnya hari ini. Terlempar jauh dari makna passion, apalagi profesi. Aktivitas kasta bawah ini mau tak mau dipilih untuk sekedar memancing rupiah untuk isi perut hari ini, atau lebih jauh untuk masa depan. Kapan itu masa depan? Aku yakin akan banyak pendapat lagi dengan banyak kemungkinan. Bisa bertahun-tahun kedepan atau mungkin tak sampai hitungan hari bagi mereka yang berfikir bahwa perjuangan adalah hanya untuk hidup hari ini. Terserah.

Sang loper koran masih terlihat muda. Mungkin seharusnya, saat ini ia menyandang status mahasiswa. Sepertinya, kondisi ekonomi menjadi dugaan alasan untuk pekerjaan ini baginya. Menurutku tidak ada kasta tinggi rendah dalam pekerjaan. Setiap usaha meraih pundi rezeki, itulah pekerjaan. Perjuangan lelaki sebaya itu seakan tak pernah berakhir lelah untuk meneriakkan dengan wajar “koran, koran, koran kampus, koran kampus!”. Teriakan untuk memperjuangkan bahwa ia ada di tengah hiruk pikuk lalu lalang penyandang status mahasiswa. Ia menyediakan koran serba ada, sebuah bagian perjuangannya. Di hari yang cerah tengah hari ini, setidaknya aku belajar paham. Saat tengah hari, saat janjimu pada masa depan mulai kau rangkai, bait demi bait sebaiknya. Aku memang tak perlu tahu janji masa depan sang loper koran. Tapi setidaknya, aku harus selalu bersyukur, aku tahu tentang janjiku.

Aku berdiri, lalu meneruskan langkah…

// Ridho Brilliantoro, Bandung / 23 Februari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun